Di banyak perusahaan, isu kesehatan mental masih menjadi hal tabu.
Pegawai kerap merasa takut dicap “lemah” jika berkonsultasi dengan psikolog atau menyampaikan tekanan kerja.
Padahal, di banyak negara maju, keberadaan psikolog kantor dan program kesejahteraan mental adalah kewajiban standar.
Sayangnya, di Indonesia, fasilitas seperti ini masih menjadi kemewahan, hanya dimiliki segelintir perusahaan besar.
Ironisnya, generasi muda seperti Gen Z yang justru mulai terbuka soal kesehatan mental, seringkali dihadapkan pada lingkungan kerja yang penuh target, minim empati.
Tempat kerja ideal seharusnya bukan hanya tempat mengejar produktivitas, tetapi juga menciptakan rasa aman, dukungan emosional, dan empati sosial.
Tanpa itu, tekanan kerja bisa berubah menjadi bencana.
Kematian tragis RANK seharusnya menjadi alarm keras bagi semua institusi, terutama yang besar dan mapan.***