Sebab, secara struktur jembatan, memang tidak ada yang salah, namun ketika melihat lebar jembatan diperlukan adanya tambahan pelebaran.
"Hal ini berdasarkan data travel time yang ada, jalan Itista merupakan jalan yang selalu punya warna merah, hampir disetiap harinya. Itu diakibatkan bottleneck/penyempitan di jempatan itu," paparnya.
Sedangkan, hasil surpei karakteristik perjalanan masyarakat Kota Bogor, didapat data 75 persen perjalanan warga keperluannya untuk bekerja dan sekolah.
"Yang dilakukan setiap hari pada rata-rata jam yang sama, dimana moda transportasi yang digunakan hampir 50 persen menggunakan sepeda motor, 23 persen menggunakan mobil pribadi, dan secara spesifik penggunaan Bis Kita sebesar 8 persen," ungkap Muhammad Nanang.
Lalu, rata-rata panjang perjalanan masyarakat adalah 5-10 KM dengan jarak tempuh 15 hingga 30 Menit. Melihat data itu, diyakini Muhammad didapat juga data bahwa masyarakat di sekitar cenderung tidak akan mengubah pola perjalanan selama pembangunan.
Namun demimian masyarakat cenderung akan mengganti moda transportasi dan jalur lain yang tidak terdampak, rata-rata masyarakat tau bahwa kegiatan pembangunan akan menghambat mobilitas mereka.
"Mayoritas masyarakat setuju pembangunan dilakukan, karena mereka tau akan dampak pembangunan jembatan kedepannya yang penting untuk kemajuan masa depan bersama," jelasnya.
"Ketika kita bisa melihat karakteristik perjalanan ini, setidaknya kita dapatkan gambaran hal apa yang dapat dilakukan untuk rekayasa transfortasi kita, agar dapat meminimalisir dampak penutupan," tukas dia.(ded)
Artikel Terkait
Siapkan Dua Opsi Perbaikan Jembatan Otista, Bima Arya Ngarep Dibayai Kang Emil Rp52 Miliar
Usulkan Anggaran Perbaikan Jembatan Otista, Wakil Gubernur Jabar Minta Pemkot Bogor Sabar
Kerap Macet, Pemkot Bogor Bakal Lakukan Pelebaran Jembatan Otista
Jalan Ditutup 9 Bulan, Jembatan Otista Bakal Dibangun Empat Jalur
Pembongkaran Jembatan Otista Kota Bogor Ganggu Aktivitas, Begini Konsep Penutupannya