RBG.id- TERTAWA, bahagia dan gembira 70 anak-anak yang menjadi penyintas di pengungsian Kampung Cisarua Kulon Desa Rancagoong Kecamatan Cilaku, menjadi warna di tenda Saung Baca yang menjadi pusat perhatian dengan berbagai buku bacaan dan mainan anak-anak.
LAPORAN: Abdul Aziz N Hakim, Cilaku
RIUHNYA anak-anak terdengar ketika tiga kontener kecil berisi buku bacaan dan satu berisikan mainan dijajarkan di tengah dalam tenda. Satu sama lain saling mengambil buku kesukaannya. Rata-rata, anak-anak memilih buku bacaan bergambar. Namun, tak sediki juga yang senang dengan buku yang berisikan tulisan.
Di dalam tenda berukuran 4x6 meter berwarna biru tersebut, anak-anak lupa dengan bencana Senin (21/11) siang. Di dalam tenda yang dikelilingi oleh reruntuhan bangunan itulah, anak-anak melalui proses trauma healing dengan kegiatan yang sudah dirancang.
Penggagas Saung Baca, Sandi Mulyadi sosok dibalik kembalinya senyuman anak-anak yang sempat hilang pascabencana gempa bumi berkekuatan 5.6 magnitudo. Bukan hal yang mudah mengembalikan mental dan psikis anak-anak yang berusia tujuh hingga sepuluh tahun ini. Tidak terbesit Mang Yadi, sapaannya, untuk membangun Saung Baca di lokasi pengungsian pada hari pertama.
Namun, karena kondisi anak-anak yang seperti kehilangan semangat, membuatnya harus bertindak. Tanpa menunggu lama, Mang Yadi pun lekas membawa hijrah buku bacaan yang ada di Saung Baca miliknya. Kendala pun hinggap. Ternyata strategi awal yang dibuatnya belum membuahkan hasil. Anak-anak masih merasa asing dengan orang yang baru tiba di tempat tinggalnya.
Perlahan tapi pasti. Mang Yadi mulai mencoba menawarkan beberapa mainan dan juga buku bacaan bergambar. Satu, dua hingga belasan anak pun tertarik. Berhasil. 'Umpan' awal yang disuguhkan disambut dengan baik. Hingga akhirnya, secara perlahan Mang Yadi mulai membangun 'kerajaan' bukunya.