RBG.id - Pengungsi gempa bumi Cianjur, bukan hanya dihantui oleh penyakit di musim pancaroba. Namun, saat ini, pengungsi dihinggapi Gangguan Mental Emosional (GME). Dari hasil survei secara acak yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, terdapat beberapa pengungsi yang mengalami GME.
Temuan tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan Self Reporting Quentionnaire (SRQ) dan Strengths and Difficulties Quentionnaire (SDQ). Pemeriksaan SRQ dilakukan untuk orang dewasa, sedangkan SDQ untuk anak-anak. GME yang dialami oleh pengungsi, masih dalam batas kewajaran setelah gempa bumi.
BACA JUGA : Duh Mampet Lagi, PDAM Tirta Mukti Cianjur Klaim 100 Titik Pipa Rusak Pascagempa
Namun, GME bukan merupakan gangguan jiwa berat. GME hanya rasa cemas dan kekhawatiran hingga mengganggu aktivitas. Selain itu, masih bisa dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh.
Dari hasil screening cepat tersebut, didapati kurang lebih 26 orang dewasa dan 14 anak-anak. Penyebab dari GME, dikarenakan kekhawatiran akan gempa bumi dan pascabencana. Ditambah lagi dengan adanya gempa susulan.
"Kami melakukan pemeriksaan secara acak di lokasi yang terjangkau, rata-rata di Kecamatan Cugenang, ditemukan GME. Tapi dalam batas kewajaran setelah gempa," ujar Kepala Dinkes Kabupaten Cianjur, dr Irvan Nur Fauzy.
Irvan pun menegaskan, GME bukan merupakan gangguan jiwa berat. GME hanya sebuah rasa cemas dan kekhawatiran. Sehingga masih bisa dalam kontrol emosi.