RBG.id, CIANJUR - Hamparan tenda biru dan oranye di pengungsian Kampung Cibeleng Hilir, RT04/RW01, Desa Cikancana, Kecamatan Gekbrong, menyimpan cerita menyedihkan.
Dari luar memang tak terlalu tampak, tetapi jika berbincang-bincang dengan warga terdampak gempa, maka seketika orang yang mendengar akan menggeleng-gelengkan kepala.
Ya, di lingkungan tenda panas itu urusan perut nyatanya masih menjadi kendala dalam menunjang kebutuhan dalam menopang kehidupan para pengungsi.
Bukan tidak bersyukur dengan pemberian bantuan dari donatur, namun, dalam urusan menu masakan, secara naluri manusia makan dengan suwiran ikan pindang berwarna campuran hitam dan putih (bubuk pindang) seperti makanan kucing.
BACA JUGA : Pengungsi di Cibeleng Hilir Hanya Makan Sehari Sekali
Abah Ece (50), seorang sesepuh kampung sekitar mengistilahkan penyebutan makanan tersebut sebagai, ‘Nasi Kucing’.
Istilah tersebut rupanya cukup pantas, sebab hidangan berupa nasi yang dibungkus itu kurang dari segenggam telapak tangan dewasa dengan toping ‘bubuk pindang’.