RBG.ID, CIANJUR - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur mengungkapkan terdapat 1.400 dari 200 ribu balita di Kabupaten Cianjur mengalami stunting. Data tersebut berdasarkan dari pencatatan elektronik pelaporan balita berbasis masyarakat.
Namun, sampai saat ini Dinkes Cianjur masih menunggu hasil dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) sampai pertengahan Oktober. Kini, status Cianjur masuk ke dalam Locus Stunting yang harus diperhatikan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dr Irvan Nur Fauzy mengatakan, pelaporan kasus stunting saat ini sudah masuk sekitar 90 persen. Menurut data tersebut, sebanyak tujuh persen balita di Cianjur alami stunting.
"Berdasarkan data sekitar 1.400 balita mengalami stunting dari 200 ribu balita yang ada di Kabupaten Cianjur, data itu masih kami tunggu sampai 100 persen, karena kalau masih 90 persen takut yang 10 persen itu yang mengalami stunting," ujarnya.
BACA JUGA: Program BAAS, Pemkab Subang Komitmen Zero Stunting
Lanjut Irvan, kawasan perkotaan adalah posisi rawan penderita stunting. Lantaran, masyarakat di perkotaan lebih banyak mengonsumsi makanan instan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan balita.
"Kalau di pelosok sebenarnya lebih mudah mendapatkan makanan yang bergizi dan berprotein, seperti belut, ikan, dan lainnya, tapi kalau di kota kan kebanyakan makanan instan," ungkapnya.