Kemistikan itu pun tergambar, selain di posisi dan letak batu, juga adanya berbagai guratan di atas sejumlah batu-batu tertentu. Mulai dari guratan menyerupai Kujang, sampai tapak kaki harimau yang hingga kini juga masih menjadi misteri tak terpecahkan para peneliti dan arkeolog.
Bagi masyarakat setempat, Padang merupakan tempat yang cukup keramat. Masyarakat percaya, situs yang berbentuk punden berundak dan memiliki luas kurang lebih 900 meter persegi itu dulunya tempat pertapaan Raja Padjajaran, Prabu Siliwangi sebelum akhirnya menghilang tanpa jejak bersama kerajaannya.
Juru Kunci Gunung Padang, Nanang mengatakan, ditemukanya tapak harimau dan tapak kujang di Gunung Padang diangagap erat hubunganya dengan Prabu Siliwangi.
“Ada tapak besar harimau. Memang Prabu Siliwangi identik dengan harimau. Ditambah ada goretan kujang, sebuah sejata yang dimiliki kerajaan Padjadjaran di sekitar situ,” kata Nanang.
Selain itu, Nanang mengungkap, Gunung Padang juga erat kaitannya dengan angka lima. Selain dikelilingi lima gunung, area situs di puncak juga terdiri dari lima teras yang dipisahkan oleh dua batu berdiri yang membetuk semacam pintu pada masing-masing bagian.
Di bagian teras, yang biasa disebut teras penyambutan, terdapat sejumlah batu yang menyerupai alat musik gamelan dan dapat mengelurkan suara.
“Disebut batu Gambelan karena batuan ini berbeda dengan batuan yang ada, dimana batu ini bisa mengeluarkan nada bila dipukul dengan batu ukuran sekepal,” kata Nanang.
Di teras kedua terdapat batu tapak bulat untuk sandaran kepala yang menghadap ke utara ke arah Gunung Gede. Saat Radar Cianjut mencoba duduk di batu samadaran itu, langsung berhadapan ke Gunung Gede.