Senin, 22 Desember 2025

Penggunaan Tiktok Kembali Diisukan Berbahaya, Ada Apa?

- Minggu, 5 Februari 2023 | 13:04 WIB
Ilustrasi TikTok
Ilustrasi TikTok

RBG.ID - Peningkatan pesat aplikasi streaming video asal Tiongkok, TikTok, telah membuat khawatir anggota parlemen dan pengawas privasi di seluruh dunia. Apa yang mereka khawatirkan?

Anggota parlemen di seluruh dunia sedang memperdebatkan bagaimana cara membatasi tanpa melarang penggunaannya, mengingat aplikasi ini sangat populer di kalangan remaja di seluruh dunia.

Sementara Uni Eropa akan menerapkan undang-undang seputar pengawasan terhadap konten berbahaya di TikTok, negara-negara dari AS hingga Jepang sedang mempertimbangkan bagaimana mengatur aplikasi tersebut atau bahkan mengikuti contoh India untuk langsung melarang penggunaannya.

BACA JUGA: Tiongkok Bisa Akses Algoritma Alibaba dan Tiktok

Mereka mengkhawatirkan pemerintah China menggunakan TikTok untuk menjalankan kepentingannya. Terutama untuk mendapatkan akses ke data pengguna dan menyebarkan informasi yang tidak diinginkan.

ByteDance selaku perusahaan pemilik TikTok sejak lama sudah berada di bawah pengawasan beberapa pihak mengenai data pengguna. Tetapi akhir-akhir ini pengawasannya kembali ditingkatkan sejak terungkap pada bulan Desember lalu, salah seorang karyawan ByteDance kedapatan telah mengakses data jurnalis Barat untuk menyelidiki kebocoran pers.

Sebagai pembelaan, juru bicara TikTok angkat suara kepada DW bahwa karyawan tersebut sudah tidak lagi bekerja di ByteDance dan mereka telah meningkatkan protokol keamanan pengaksesan data pengguna.

BACA JUGA: Parlemen AS Ajukan RUU Pelarangan Aplikasi asal China Seperti TikTok

Dia pun menambahkan bahwa untuk saat ini data pengguna TikTok disimpan di pusat data di luar China dengan akses karyawan terbatas.

"Kami tidak pernah diminta untuk memberikan data pengguna TikTok kepada pemerintah China dan tidak pernah memberikan data apa pun kepada mereka."

Bisakah TikTok dibajak?

Semakin tinggi tingkat pengguna yang menggunakan TikTok sebagai sumber berita dan informasi, kritikus memperingatkan bahwa algoritme yang kuat dapat disalahgunakan untuk menyebarkan berita palsu.

Direktur FBI Chris Wray telah memperingatkan bahwa pemerintah di Beijing dapat memanipulasi konten melalui aplikasi tersebut untuk mempengaruhi opini publik.

BACA JUGA: Taliban Akan Blokir TikTok dan PUBG, Kenapa?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X