nasional

Dilanda Panas Ekstrem, Jokowi Diminta Tarik Kontingen Indonesia dari Jambore Dunia di Korsel

Senin, 7 Agustus 2023 | 10:55 WIB
ILUSTRASI: Cuaca panas ekstrim tengah melanda Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan. (FOTO REUTERS)

RBG.ID-JAKARTA, Cuaca ekstrim kini tengah melanda Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan (Korsel). Di sana, tengah berlangsung laran Jambore Dunia 2023 yang juga diikuti kontingen Indonesia.

Para peserta Jambore Dunia 2023 ini tengah dalam kondisi terancam cuaca panas yang sangat ekstrem mencapai 34-38 derajat celcius di Provinsi Jeolla Utara, Korea Selatan.

Untuk itu, Kepala Badan Komando Strategis (Bakomstra) Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra meminta agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) menarik pulang kontingen Indonesia dalam gelaran Jambore Dunia 2023.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca: Sukabumi Cerah Sepanjang Hari Cocok untuk Aktivitas di Luar pada 7 Agustus 2023

Herzaky mengatakan para kontingen anak itu tengah dalam kondisi terancam cuaca panas dengan fasilitas yang sangat menyedihkan. Ia menyebut tak perlu menunggu hingga 12 Agustus agar para kontingen dipulangkan ke Indonesia.

"Kami berharap Presiden, bapak Menteri Pemuda dan Olahraga, Ketua Kwarnas, Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, ambil tindakan segera dan sungguh-sungguh untuk membantu anak-anak kita di sana," kata Herzaky dalam keterangan tertulis, Minggu (8/6/2023).

Dia mengatakan, setidaknya 1.569 warga Indonesia, sebagian besar siswa usia 14-18 tahun, yang tergabung dalam kontingen Indonesia, dari total lebih dari 42.000 peserta Jambore dari seluruh dunia.

Baca Juga: Mau Kulineran, Ini 4 Rekomendasi Seblak Enak dan Murah di Bogor yang Sayang Dilewatkan

Mereka dijadwalkan berkegiatan di Korea Selatan dari tanggal 30 Juli sampai dengan 12 Agustus 2023. "Jika kegiatan sudah banyak yang dibatalkan karena cuaca ekstrem, untuk apa bertahan sampai tujuh hari lagi?," imbuhnya.

Herzaky selanjutnya juga mengaku terdapat sejumlah 'kekacauan' di sana. Di antaranya, para kontingen tinggal di dalam tenda yang sangat tipis dengan menggunakan palet plastik untuk tidur karena lahan tempat berkemah aslinya merupakan sawah dan becek.

Kemudian juga buruk fasilitas sanitasi lantaran anak-anak mesti berjalan hingga 2 kilometer menuju lokasi untuk mandi, buang air, dan mencuci pakaian.

"Situasi di sana sangat menyedihkan. Bukan lagi kegiatan pramuka yang melatih kemandirian dan kebersamaan, melainkan sudah menjadi ajang bertahan hidup di tengah ancaman cuaca panas yang sangat ekstrem mencapai 34-38 derajat celcius, dengan fasilitas yang sangat menyedihkan," kata dia.

Selain itu, ia menyebut asupan makanan yang tidak cukup baik diterima oleh para kontingen. Selanjutnya, fasilitas Shuttle Bus yang terbatas sehingga menyebabkan antrian tunggu yang lama dan mengakibatkan anak-anak kami terpapar panas kembali.(net)

Tags

Terkini

Hadapi Perubahan Iklim, KLH Gandeng Masyarakat Sipil

Kamis, 13 November 2025 | 17:41 WIB