RBG.ID - Kasus pembunuhan suami terhadap istrinya di Ciamis, Jawa Barat, yang melibatkan mutilasi menjadi viral di media sosial.
Menyikapi tindakan sadis sang suami, psikolog dari Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani), Miryam Ariadne Sigarlaki, memberikan analisisnya tentang faktor-faktor yang mungkin terlibat dalam pembunuhan mutilasi.
Menurutnya, berbagai faktor dapat menjadi pemicu seseorang untuk melakukan tindakan keji seperti itu.
Ia juga mengakui, pembunuhan sadis sering kali terjadi dalam lingkungan keluarga atau terhadap orang-orang terdekat.
Lebih lanjut Miryam menjelaskan, faktor psikologis yang kompleks seringkali menjadi latar belakang dari tindakan kekerasan dalam hubungan.
Kemarahan yang mendalam dan berbagai konflik emosional bisa menjadi pemicu yang memicu tindakan kekerasan.
"Sehingga adanya frustasi, toksik dalam hubungan (tidak sehat), ketidakmampuan mengelola emosi dan stres, kurangnya norma, nilai-nilai keagamaan, moral dan etika serta gangguan mental dan emosional," ujarnya.
Tidak hanya itu, Miryam juga memberi penekanan penting jika kejahatan, terlepas dari tingkatannya, selalu memiliki dampak yang merugikan bagi korbannya.
Ia juga menggarisbawahi bagaimana akses luas terhadap informasi tanpa disaring dapat memengaruhi perilaku seseorang, terutama jika informasi kasus pembunuhan mutilasi mengandung unsur kekerasan atau dorongan negatif lainnya.
Ini menunjukkan pentingnya mengontrol dan mengelola informasi yang dikonsumsi agar tidak memicu tindakan kejahatan.
Pernyataan Miryam menegaskan, menentukan apakah pelaku pembunuhan mutilasi itu memenuhi kriteria psikopat atau tidak memerlukan pemeriksaan menyeluruh dan mendalam.