Baca Juga: Resmi Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Berapa Gaji Patrick Kluivert?
- Usia Lanjut: Sebagian besar kasus terjadi pada individu di atas 50 tahun.
- Riwayat Keluarga dan Genetik: Riwayat kanker kolorektal dalam keluarga atau sindrom genetik seperti FAP dan Lynch.
- Gaya Hidup dan Pola Makan: Diet rendah serat, tinggi lemak, kurangnya aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol berlebih.
- Kondisi Kesehatan: Diabetes, obesitas, dan riwayat penyakit radang usus kronis seperti Crohn dan kolitis ulseratif.
- Terapi Radiasi: Paparan radiasi sebelumnya untuk pengobatan kanker juga dapat meningkatkan risiko.
Baca Juga: Meski Dipecat PSSI, Shin Tae-yong Tetap Komitmen Bangun Sepak Bola Indonesia Lewat Akademi
Gejala Kanker Kolorektal
Gejala kanker kolorektal bervariasi tergantung pada lokasi dan tingkat perkembangan kanker.
Pada tahap awal, penyakit ini sering tidak menunjukkan gejala. Namun, gejala yang dapat muncul meliputi:
- Perubahan kebiasaan buang air besar (diare, sembelit, atau perubahan konsistensi tinja).
- Pendarahan dubur atau darah dalam tinja.
- Kram atau nyeri perut yang terus-menerus.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Kelelahan atau anemia yang tidak dapat dijelaskan.
Diagnosis Kanker Kolorektal
Proses diagnosis kanker kolorektal melibatkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes penunjang, seperti:
- Tes darah: Meliputi hitung darah lengkap, penanda tumor, dan enzim hati.
- Tes pencitraan: Sinar-X, CT scan, MRI, PET scan, ultrasound, dan angiografi.
- Prosedur lain: Kolonoskopi, proktoskopi, dan biopsi.
Pengobatan Kanker Kolorektal
Perawatan tergantung pada lokasi, stadium kanker, dan kondisi kesehatan pasien:
1. Pembedahan:
Untuk kanker stadium awal, biasanya melalui Polipektomi, reseksi mukosa endoskopik, atau bedah laparoskopi.
Sedankan untuk stadium lanjut: Kolektomi parsial, pembedahan untuk penyumbatan, atau pengangkatan kelenjar getah bening.