Dilihat paparan pajanannya EG/DEG, dihitung berapa persen yang punya paparan EG/DEG, dan lain-lain. Dengan begitu, dapat diketahui apakah EG/DEG merupakan faktor tunggal atau ada pemicu lainnya.
”Ini yang sedang berjalan dan diharapkan bisa selesai dalam waktu satu bulan dan diharapkan bisa dapat jawabannya,” ungkapnya.
Pada kesempatan lain, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah menyatakan, ada satu keluarga di Jogjakarta yang salah satu anaknya meninggal karena AKI. Bayi 7 bulan itu tidak minum obat sirup.
Malah, tiga kakaknya yang demam minum obat sirup dan tidak mengalami AKI. ”Artinya, penyebab lain itu memang ada,” ujarnya saat rapat dengar pendapat dengan komisi IX kemarin (2/11).
Piprim menyatakan bahwa bukti keracunan EG/DEG tersebut sudah kuat.
Itu berasal dari biopsi atau pengambilan sampel pada ginjalnya. Banyak anak yang mengalami AKI dan terdapat cemaran EG atau DEG dalam ginjalnya.
”Bukti epidemiologisnya juga kuat,” tuturnya.
Piprim mengatakan, setelah Kemenkes melarang pemberian obat sirup, kasus turun drastis. Pada kasus keracunan atau intoksikasi, bukti epidemiologis diutamakan.