RBG.id - Stop jadi kaum rebahan! Gaya hidup seperti ini ternyata punya sederet dampak negatif yang bisa membahayakan kesehatan tubuh.
Gaya hidup sedenter (Sedentary Behaviour), atau aktivitas dengan konsumsi energi rendah (kurang dari 1,5 MET), menjadi masalah kesehatan yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia.
Aktivitas seperti duduk terlalu lama, menonton TV, bekerja di depan komputer, atau menggunakan kendaraan untuk jarak dekat telah berkontribusi pada meningkatnya risiko berbagai penyakit serius.
Dilansir tim RBG.id dari situs resmi Kementerian Kesehatan RI, gaya hidup ini melibatkan perilaku duduk atau berbaring di luar waktu tidur.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa 33,5 persen penduduk Indonesia usia ≥10 tahun menghabiskan waktu duduk lebih dari 6 jam per hari, meningkat signifikan dibandingkan 24,1 persen pada 2013.
Ciri-Ciri Gaya Hidup Sedenter
Gaya hidup sedenter dapat dikenali melalui beberapa indikator, seperti:
- Duduk dalam waktu lama, baik untuk bekerja atau hiburan.
- Kurangnya aktivitas fisik seperti berjalan kaki atau olahraga.
- Menggunakan kendaraan meskipun jarak dekat bisa ditempuh dengan berjalan.
- Tingginya waktu yang dihabiskan di depan layar untuk berbagai tujuan.
- Menghindari aktivitas sederhana, seperti berjalan ke toko terdekat.
Baca Juga: Sistem BPJS Kesehatan Berubah, Kelas Rawat Inap Standar Gantikan Kelas 1, 2, dan 3 di Tahun 2025
Dampak Negatif pada Kesehatan
Pola hidup tidak aktif dapat memicu berbagai masalah kesehatan, mulai dari sirkulasi darah yang buruk, gangguan metabolisme, hingga penambahan berat badan.
Lebih lanjut, risiko terkena penyakit seperti tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes, depresi, dan penyakit jantung juga meningkat.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa gaya hidup malas merupakan penyebab kematian nomor empat di dunia, dengan dua juta kematian setiap tahunnya.