UNRWA, sebuah badan PBB untuk pengungsi Palestina melaporkan dari 278 sekolah yang di bawah naungannya, 4 di antaranya mengalami kerusakan akibat pemboman dan memakan setidaknya merenggut 6 korban jiwa.
Dalam hukum internasional sejatinya anak-anak dilindungi hukum, terdapat Konvensi Jenewa 1949 yang mengatur konflik bersenjata, itu menyatakan bahwa anak-anak harus dilindungi dan diperlakukan secara manusiawi.
Israel sendiri telah meratifikasi konvensi tersebut pada tahun 1951, beberapa tahun setelah setengah juta anak-anak Yahudi menjadi korban peristiwa Holocaust.
Namun kini, Israel berbalik sebagai pelaku kejahatan perang dengan melakukan kampanye genosida di Jalur Gaza, yang di mana membawa kesengsaraan begitu mendalam untuk anak-anak tak berdosa.
Kehidupan anak-anak di Gaza tercabik-cabik oleh tangan penguasa yang haus darah, para juragan perang, dan pemimpin dunia yang memilih bungkam ketika ketidakadilan dengan telanjang dipertontonkan.
Tapi dalam reruntuhan hidup, adakalanya seni semakin lantang bersuara, menawarkan mimpi dan harapan, juga gumpalan keresahan yang menggugat kenyataan.
Menolak didikte oleh kepahitan hidup, kendati begitu sesak dan terjal.
Timur Tengah kawasan yang selalu diwarnai konflik memiliki sebuah lagu khusus untuk anak-anak. Lagu itu berjudul Atouna El Toufoule atau yang bermakna Berikanlah kami masa kecil.
Lagu ini dipopulerkan tahun 80-an oleh Remi Bandali, seorang penyanyi cilik asal Lebanon. Kelak, lagu ini menjadi nyanyian sunyi bagi anak-anak Palestina.
Atouna El Toufoule menjadi nyanyian solidaritas untuk anak-anak korban perang. Jeritan hati untuk mendambakan perdamaian dan masa kecil yang indah.(**)