’’Air adalah darah kehidupan umat manusia. Ia kini terkuras oleh penggunaan yang tidak berkelanjutan, polusi, dan pemanasan global yang tidak terkendali,’’ ujar Sekjen PBB, Antonio Guterres.
Ada kesenjangan besar dalam ketersediaan air dan penggunaannya di berbagai wilayah.
Baca Juga: Viktor Axelsen Membuat Tweet Setelah Chico Aura Dwi Keluar Lapangan Karena Cedera di Swiss Open 2023
Kesenjangan tersebut harus ditutup.
Tujuannya, memastikan semua orang memiliki akses ke air bersih pada 2030.
Untuk mewujudkan itu, dibutuhkan biaya sekitar USD 600 miliar - USD 1 triliun per tahun.
Setidaknya, terdapat 3,5 miliar orang hidup dalam kondisi krisis air paling tidak satu bulan dalam setahun.
Baca Juga: Korban Meninggal Akibat Longsor di Empang Kembali Bertambah
Akibat perubahan iklim, kelangkaan air musiman akan meningkat di daerah-daerah yang saat ini melimpah.
Misalnya, Afrika Tengah, Asia Timur, dan sebagian Amerika Selatan.
Kondisi akan memburuk untuk daerah-daerah yang sebelumnya sudah kekurangan pasokan air seperti di Timur Tengah dan Sahara di Afrika.
Wakil Sekjen PBB, Usha Rao Monari mengatakan, sumber daya perlu dikelola dengan lebih hati-hati di masa depan.
’’Saya rasa teknologi dan inovasi akan memainkan peran yang sangat besar dalam melihat bagaimana mengelola sektor air dan penggunaan air,’’ ujarnya. (sha/hud)
Artikel Terkait
Laporan Media Asing, 40 Letusan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan Malang
Korean Air Lines Tabrak Landasan Pacu Bandara Cebu Filipina
Petugas Serbu Peziarah di Makam Amini dengan Gas Air Mata
Sambil Berurai Air Mata, Walikota Seoul Meminta Maaf atas Tragedi Itaewon
Pesawat Tanzania Precision Air Jatuh ke Danau Victoria
KKB Diduga Sandera Pilot Susi Air Asal Selandia Baru: Ini Merupakan Peristiwa Kedua
94 Jam Tertimbun Reruntuhan, Remaja di Gaziantep Minum Air Kencing Sendiri