RBG.id — Kota Bogor dikenal sebagai salah satu kota dengan peninggalan sejarah kolonial Belanda yang masih lestari hingga kini.
Jika Sobat RBG berkunjung melalui Stasiun Bogor, hanya dalam jarak beberapa menit, terdapat dua bangunan gereja bersejarah yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang kota ini, yaitu Gereja Zebaoth dan Gereja Katedral Beatae Mariae Virginis (BMV).
Keduanya bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol toleransi, budaya, dan arsitektur Eropa yang tetap kokoh di tengah modernisasi Kota Hujan.
Baca Juga: Asal Usul Konklaf, Tradisi Pemilihan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik yang Sakral dan Rahasia
Gereja Zebaoth: Si “Gereja Ayam” yang Jadi Cagar Budaya
Berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda, Paledang, Gereja Zebaoth sudah berusia lebih dari satu abad.
Dikenal juga sebagai “Gereja Ayam”, bangunan ini memiliki patung ayam di puncak menaranya yang berfungsi sebagai penunjuk arah mata angin, yang menjadi simbol penyebaran firman Tuhan ke seluruh dunia.
Gereja ini didirikan pada masa pemerintahan kolonial Belanda dengan nama asli Köningin Wilhelmina Kerk.
Batu pertamanya diletakkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, J.P. Graaf van Limburg Stirum, pada 30 Januari 1920.
Baca Juga: Surga Tersembunyi di Jonggol, Curug Cibeureum Cocok Untuk Berkemah hingga Ngopi Santuy
Lokasinya sangat strategis karena berada di kawasan yang sama dengan Istana Kepresidenan Bogor dan Kebun Raya Bogor.
Sejak tahun 1948, gereja ini resmi dinamai GPIB Zebaoth Bogor, dan pada 3 Oktober 1995 berganti nama menjadi Gereja Jemaat GPIB Zebaoth Bogor.
Kini, tempat ini menampung sekitar 5.000 jemaat dari berbagai latar belakang suku dan budaya.
Selain kegiatan ibadah mingguan, Gereja Zebaoth juga sering digunakan untuk pernikahan, pemakaman, dan perayaan keagamaan.