Senin, 22 Desember 2025

Industri Agresif Ekspor Ke Eropa

- Rabu, 22 Juni 2022 | 09:10 WIB

RBG.ID - Kinerja ekspor industri pengolahan sepanjang Januari-Mei 2022 masih positif.

Nilainya mencapai USD 83,73 miliar atau tumbuh 25 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat USD 66,99 miliar.

Nilai pengapalan sektor itu memberikan sumbangsih tertinggi, dengan menembus 72,83 persen dari total ekspor nasional yang menyentuh USD 114,97 miliar.

BACA JUGA : Luhut Buka Keran Ekspor 1 Juta Ton CPO, Begini Imbasnya ke Petani Sawit

”Capaian ekspor dari sektor industri manufaktur berkontribusi terhadap neraca perdagangan Indonesia yang terus melanjutkan tren surplusnya pada Mei 2022. Nilainya mencapai USD2,89 miliar. Tren surplus ini dialami sejak Mei 2020 atau selama 25 bulan berturut-turut,” ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita.  Menurut Agus, sektor-sektor industri di Indonesia semakin agresif dalam memperluas pasar ekspor.  Seperti, ke Eropa, di antaranya Belanda, Jerman dan lainnya. Negara-negara tersebut sedang terdampak soal pasokan barang akibat perang Rusia-Ukraina. “Kami juga aktif memacu produk-produk industri kecil dan menengah (IKM) bisa go international,” ujarnya.  Selain itu, lanjut Agus,  produk karya anak bangsa diakui dan diminati oleh mancanegara karena sesuai standar dan kualitas yang berlaku. Contohnya, ekspor mobil ke pasar Australia.”Mobil tersebut sudah berstandar Euro 4, yang menjadi klasifikasi atau persyaratan dari Australia. Itu suatu hal yang sangat membanggakan, artinya Indonesia sudah bisa memproduksi kendaraan dengan standar emisi yang ditetapkan oleh negara seperti Australia dan Eropa,” paparnya.  Agus menegaskan, pemerintah semakin mendorong kerja sama bilateral maupun multilateral yang dapat memperluas akses pasar produk-produk industri nasional yang kompetitif di kancah global. “Termasuk forum-forum dalam rangkaian Presidensi G20 Indonesia yang bisa menjadi media yang dapat dioptimalkan untuk mencapai tujuan kerja sama internasional tersebut,” imbuhnya.  Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani memproyeksikan, surplus neraca perdagangan pada tahun ini masih punya potensi untuk susut. Penyebabnya, tren pemulihan rantai pasok di tingkat global. “Sehingga, sejumlah komoditas unggulan masih berpotensi terkoreksi,” ujarnya  Oleh karena itu, Shinta menyebutkan, pemerintah perlu mengoptimalkan diversifikasi atau substitusi ekspor nonkomoditas yang bisa mengkompensasi proyeksi penurunan penerimaan ekspor atas produk-produk yang sempat terkerek naik akibat siklus super komoditas sepanjang 2021. 

”Peluang penerimaan ekspor terbesar di 2022 sebetulnya ada pada ekspor produk manufaktur, bukan di ekspor komoditas. Karena itu, kami menghimbau agar pemerintah lebih serius lagi mendukung peningkatan efisiensi usaha dan perdagangan atau supply chain industri manufaktur nasional yang berorientasi ekspor dengan berbagai cara,” paparnya. (agf/dio)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X