RBG.ID — Bitcoin mencatat penurunan terbesar dalam dua hari terakhir sejak pemilu AS.
Setelah mencapai rekor tertinggi pada 13 November, Bitcoin kini diperdagangkan di sekitar 90.100 dolar AS (sekitar Rp 1,427 miliar), turun hampir tiga persen selama akhir pekan.
Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terkait kebijakan Presiden terpilih Donald Trump yang pro-kripto.
Baca Juga: Supaya Adil, Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah Rayakan Ulang Tahun Anak Kedua
Trump telah menjanjikan regulasi yang mendukung industri ini, termasuk rencana pembentukan cadangan Bitcoin nasional dan menjadikan Amerika Serikat sebagai pusat kripto dunia.
Namun, tantangan teknis dan politis membuat realisasi kebijakan ini diragukan.
Tony Sycamore, analis pasar dari IG Australia menyebut penurunan ini merupakan koreksi alami setelah lonjakan harga yang signifikan sejak 5 November.
Baca Juga: King Indo Makin Menyala, 3 Calon Pemain Naturalisasi Ini Bakal Debut Maret 2025, Siapa Saja?
’’Sebagian besar sentimen positif sudah tercermin dalam harga Bitcoin,’’ jelasnya.
Kondisi eksternal juga memberikan tekanan pada pasar.
Kebijakan ekonomi yang diusulkan Presiden terpilih Donald Trump, seperti rencana penerapan tarif perdagangan yang lebih tinggi dan risiko kenaikan inflasi, memicu kekhawatiran investor.
Kebijakan ini berdampak pada ekspektasi terhadap Federal Reserve, yang diperkirakan akan lebih sulit melonggarkan suku bunga.
Jika suku bunga tidak dipangkas, likuiditas pasar dapat berkurang, sehingga mengurangi minat terhadap aset berisiko tinggi seperti Bitcoin.