Mendapat informasi itu, kami bersiap menuju Kalimati. Salah satu tenda kami bongkar dan peking masuk ke dalam satu carier beserta logistic, sedangkan saya dan istri bawa peralatan penghangat untuk anak anak.
Baru saja mau berangkat dari Ranu Kumbolo menuju Kalimati, Fidel dan Kondor datang melaporkan kondisi di Kalimati.
“Kalo menurut gw ga rekomended klo dipaksa naik ke puncak bang, asap masih menggumpal di sekitar kalimati,” kata Kondor.
“Iya bang nih gw ada videonya,” sahut Fidel sambil memperlihatkan video di smartphonenya kondisi di Kalimati.
“Gimana Bal, gw sih terserah lu. Gw ngikut aja,” kata Arlan. “Tembusin aja dulu Kalimati. Kalau memang tidak memungkinkan kita ga usah muncak, tapi klo kondisinya memungkinkan, kita gass Sumit,” sahut saya. “Okeh klo gitu kita bergerak ke Kalimati,” tegas Arlan.
Keputusan saya melanjukan ke Kalimati disambut bahagia oleh Adam dan Rama. “Yes,” kata Rama. “Aa sama Ade siap ya klo kita muncak semeru,” tanya saya. “siap yah,” jawab Adam dan Rama.
Keputusan jalan menuju Kalimati sepertinya kurang disetujui sama istri saya. Terlihat dari mimik mukanya yang kurang senang dengan keputusan saya. Wajar bagi seorang ibu khawatir akan keselamatan kedua anaknya yang masih duduk di sekolah dasar dengan model pendakian yang sangat sangat beresiko.