Slamet pun akhirnya mulai mendengarkan nasihat ibunya. Ia juga menyadari, dirinya masih mampu untuk membuka usaha.
Ia langsung menemui ibunya untuk meminta maaf atas penolakannya dulu dan menyatakan niatnya untuk berjualan soto seperti sang ibu.
Ibunya pun menyetujui, namun dengan syarat Slamet harus mengajak istrinya untuk belajar memasak dan mencari tempat usaha sebagai bukti keseriusannya.
Dalam memberi dukungan, orang tua Slamet siap memberikan modal untuk membuka kios, namun ibunya meminta Slamet untuk mencari tempat usaha terlebih dahulu.
Baca Juga: Update Kecelakaan Maut Truk Tronton di Slipi: Korban Tewas Bertambah 2 Orang
Hal ini sebagai bentuk keseriusan Slamet, sebelum diberi bantuan modal oleh orang tuanya.
Dengan memanfaatkan jaringan yang ia bangun selama bekerja, Slamet mulai mempromosikan warung sotonya. Ia juga memberikan promosi seperti es teh gratis dan tambahan nasi.
Slamet mengungkapkan, fokus pertamnya adalah menarik 20 pelanggan per harinya.
“Setiap hari saya fokusnya 20 orang dulu. Setelah sukses, berikutnya nambah target. Konsumen yang datang saat awal buka itu teman-teman saya sendiri, orang-orang lain di sekitar akhirnya penasaran karena warung ramai,” tambahnya.
Jika target awal berhasil, target selanjutnya ia naikkan agar semakin banyak mendapat pelanggan.
Awalnya, pelanggan warung sotonya adalah teman kerjanya sendiri. namun, lama kelamaan orang-orang mulai penasaran karena warung selalu rama.
Hanya dalam kurun waktu 3 bulan, usaha warung soto Slamet berkembang pesat. Bahkan, penghasilannya sudah melebihi gaji dan insentif dari pekerjaan sebelumnya.
Slamet akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai karyawan dan fokus pada usaha soto Semarangnya.
Baca Juga: Persiapan Jelang Piala AFF 2024, Timnas Indonesia Belum Agendakan Uji Coba