RBG.ID - Pasar Tanah Abang mendadak viral di media sosial karena dikabarkan sepi pengunjung.
Dibahas di media sosial Tiktok, terlihat kios-kios di Pasar Tanah Abang banyak yang tutup. Sepinya Pasar Tanah Abang berdampak pada turun drastisnya omzet penjualan dan membuat pedagang terpukul.
Para pedagang mengungkapkan pasokan barang yang terus datang, tetapi jumlah pembelian terus berkurang setiap harinya.
Terdapat sejumlah faktor penyebab pasar Tanah Abang semakin sepi pembeli, di antaranya:
1. Dominasi e-commerce
Teknologi mulai menggeser eksistensi pasar tradisional dengan munculnya pasar daring atau lebih populer dengan sebutan marketplace atau e-commerce.
Seiring dengan bertumbuhan pengguna internet, pasar daring juga semakin mudah dijangkau. Apalagi dengan semakin kuatnya dominasi platform marketplace seperti Shopee, TikTok Shop, Tokopedia, Blibli, Bukalapak, hingga Lazada.
Para pedagang pasar pun kini berusaha untuk mengikuti cara berjualan melalui strategi bisnis yang kini banyak digunakan dengan live shopping atau live streaming.
2. Pergeseran kebiasan dan prioritas belanja
Menurut survei Kredivo bersama Katadata Insight Center (KIC), nilai rata-rata Omzet e-commerce pada 2022 meningkat dibandingkan tahun 2021, menunjukkan konsumen semakin nyaman untuk berbelanja online yang didorong oleh pandemi.
Sepanjang 2022, survei tersebut menemukan jumlah dan nilai omzet e-commerce masih didominasi oleh kota-kota di tier satu yakni masing-masing sebesar 51,1 persen dan 56,8 persen.
Berdasarkan total nilai transaksi, proporsi beberapa kategori mengalami pergeseran, misalnya gadget dan aksesoris mengalami penurunan dari 37 persen pada 2021 menjadi 33,7 persen pada 2022.
Menariknya, proporsi nilai transaksi kategori fashion dan aksesorisnya, kesehatan dan kecantikan, serta otomotif mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Perubahan ini menunjukkan adanya pergeseran prioritas pengeluaran konsumen di beberapa kategori seiring dengan berjalannya pemulihan ekonomi setelah pandemi.
3. Besarnya biaya operasional toko konvensional
Naiknya harga sewa properti menjadi realitas yang tak terhindarkan. Hal ini sempat diungkapkan President Director Era Indonesia Darmadi Darmawangsa dikutip Rumah.com.
“Sektor properti di Indonesia selalu menarik karena pergerakan harga tanah dan properti hampir selalu lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi. Kita bisa lihat di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada kurun tiga dekade terakhir. Tahun 1990 harga tanahnya Rp500 ribuan per meter persegi dan saat ini sudah Rp25 juta per meter persegi,” ujarnya.
Ini artinya ada kenaikan mencapai 5.000 persen dalam jangka waktu 30 tahun dan sangat jauh bila dibandingkan peningkatan inflasi.
Data inflasi periode 1990 hingga 2023 naiknya sebesar 600 persen sehingga hal ini menunjukkan grafik inflasi tidak bisa mengejar kenaikan harga tanah dan properti.
Ikuti berita menarik lainnya di Google News
Artikel Terkait
Ternyata Hanya Ada 107 Bengkel Uji Emisi di Jakarta Untuk Pengujian Jutaan Motor Selama 3 Bulan ke Depan
Transjakarta Tambah 3 Rute Baru di Jakarta Utara, Menghubungkan Tanjung Priok Hingga ASMI
Polisi Gelar Razia Skala Besar di Jakarta Utara, Tekan Kriminalitas
Lalu Lintas di Tol Dalam Kota Cawang Hingga Tebet Macet Pagi Ini, Begini Kata Jasa Marga
Polisi Bongkar Rumah Produksi Film Dewasa di Jaksel, Gaet Artis Hingga Selebgram Sebagai Pemeran
Pemeran Film Dewasa Rumah Produksi Jaksel Sekali Main Dibayar Segini
Tinggal di Jakarta? Lihat Persyaratan Lowongan Kerja Area Manager PT Cahaya Tiga Bintang Abadi
Demi Berhubungan dengan Pasangan Lain, Pasutri Ini Bikin Pesta Orgy di Jaksel
Pasutri Gelar Pesta Orgy di Hotel Jaksel Karena Ingin Happy
Bank Indonesia Buka Seleksi Penerimaan PCPM, Lihat Persyaratan dan Link Pendaftarannya