Saat ini yang harus segera mendapat perubahan adalah masalah membership. Berkaitan dengan voters dan Exco PSSI.
”Persyaratan untuk calon exco juga harus mengedepankan profesionalisme dan integritas. Selain pengalaman di sepak bola harus pada tataran eksekutif, bukan sekadar pembina,” paparnya.
Itu belajar dari beberapa masalah yang terjadi. Benar bahwa mayoritas anggota Exco PSSI saat ini memang punya pengalaman di sepak bola Indonesia selama lima tahun. Sesuai dengan Statuta PSSI sebagai syarat menjadi anggota exco.
Masalahnya, apakah pengalaman itu sudah berkaitan dengan profesionalisme dan integritas?
Apakah mereka yang berpengalaman itu mengerti cara mengelola sepak bola secara langsung? Atau hanya di balik layar dan tidak tahu-menahu mengurusi soal sepak bola.
Soal voters, Tigor pernah mempertanyakan konsep apa yang dipakai ketika asprov PSSI mendapat jatah voters dalam pemilihan ketua umum dan Exco PSSI. Menurut dia, jika merujuk pada standar FIFA, seharusnya bukan provinsi yang dipakai. Melainkan regional association.
”Mungkin bisa diubah jadi keterwakilan asprov PSSI dalam tiga regional association. Yakni, Indonesia Barat, Indonesia Tengah, dan Indonesia Timur. Dan harus jelas status anggotanya. Memiliki hak dan kewajiban setara dengan anggota lain,” tuturnya.
Direktur Persib Teddy Tjahjono saat ditemui Jawa Pos di bilangan Jakarta Selatan kemarin menambahkan, merevisi Statuta PSSI tidak bisa seenaknya. Ada mekanismenya. ”Mengubah Statuta PSSI ada aturannya,” jelas Teddy.
