RBG.ID-Penderitaan demi penderitaan kini harus dirasakan anak-anak Palestina. Mereka harus merakit hidup di tengah puing-puing pertempuran dan letusan bom, dalam konflik yang selalu menghantui.
Anak-anak Palestina ini setiap hari dihantui dengan kematian. Pasalnya, Israel terus menggencarkan serangan di Jalur Gaza, yang menyasar pemukiman warga sipil, tempat ibadah, dan rumah sakit.
Seperti yang terjadi pada Senin (17/10) di halaman RS Al Ahli Baptis yang dibom Israel. Sebelum bom itu dijatuhkan tentara Isarel, anak-anak Palestina ini sebenarnya masih nampak bersemangat menjalani aktivitas untuk mengusir trauma akibat perang.
Baca Juga: Denmark Open 2023: Ginting Dibikin Tidak Berdaya oleh Tunggal Putra China
Dengan dipandu pembimbing kegiatan, anak-anak ini membersihkan halaman, bernyanyi, dan bermain sambil belajar bersama dengan balutan keceriaan.
Sayangnya, 20 jam berikutnya semua terkoyak ketika Israel melakukan pengeboman, persis di RS Baptis Gaza. Padahal, disitulah tempat anak-anak Palestina ini merakit hidup, menjahit apa yang disebut kebahagiaan.
Sebuah bom dahsyat yang dijatuhkan tentara Zionis Israel seketika merusak bangunan mimpi yang coba dibangun anak-anak Palestina ini. Tercatat 500 lebih korban jiwa terenggut dan mereka yang melanjutkan hidup dibayangi trauma mengerikan.
Seperti diceritakan Dokter Ibrahim Al-Naqa yang bertugas di rumah sakit Baptis. "Tanpa peringatan, rumah sakit ini menjadi sasaran. Kami tidak tahu apa sebutan dari peluru tersebut, namun kami melihat akibat yang ditimbulkan ketika peluru tersebut menargetkan anak-anak dan mencabik-cabik tubuh mereka," terangnya.
Data dari Save The Children menyebutkan lebih dari 1.000 anak dilaporkan tewas dalam 11 hari serangan udara di Gaza atau satu anak tewas setiap 15 menit.
Sebab, sepertiga dari total korban jiwa di Gaza adalah anak-anak tidak berdosa. Data lain menerangkan, jumlah kematian anak-anak telah mencapai 1.300 atau lebih dari 100 orang anak terenggut nyawanya setiap harinya.
Sejak Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant mengeluarkan statement "Pengepungan total terhadap Gaza" atau dalam kata lain, tidak ada listrik, air, bahan bakar, dan makanan bagi kehidupan di Gaza.
Sulit membayangkan kehidupan anak-anak Palestina di gaza dengan kondisi seperti itu. Jason Lee dari Save The Children mengatakan, persediaan air hampir habis dan waktu hampir habis untuk anak-anak di Gaza.
Baca Juga: Yuk Datang ke Jakarta World Cinema Week, Ada 90 Film dari 54 Negara
Kampanye pengeboman oleh Israel ini turut merenggut masa sekolah anak-anak di Gaza, karena sekolah berubah menjadi tempat pengungsian. PBB kini menampung sekitar 400.000 pengungsi Gaza di sekolah-sekolah dan fasilitas lainnya.