RBG.ID – Korban tewas ajaran sesat yang disebut sebagai sekte kelaparan di Kenya terus bertambah banyak.
Saat ini korban tewas mencapai angka 400 orang saat otoritas menemukan lagi jasad di 40 kuburan massal baru-baru ini.
Berbicara dalam konferensi pers di pusat komando Rumah Sakit Referral Daerah Kilifi, kepala polisi Provinsi Coast Rhoda Onyancha menyampaikan bahwa belasan jasad sudah digali sehingga secara keseluruhan berjumlah 403 orang.
Baca Juga: Seorang Pria Melompat dari Lantai 29 Apartemen Bassura Jakarta Timur, Begini Kata Karyawan Hotel
Otoritas terus menyelidiki ajaran itu beserta pemimpinnya Pastor Paul Mackenzie yang mengepalai Good News International Church di Kenya.
Investigasi ajaran Shakahola berlangsung sejak pertengahan April yang mengarah pada temuan ratusan jasad di Hutan Shakahola di daerah Kilifi.
Pastor Paul Mackenzie dituding memaksa para pengikutnya agar mengakhiri hidup dengan cara aksi mogok makan sehingga mereka bisa masuk ke surga sebelum hari kiamat.
Baca Juga: Demi Anaknya Duduk Paling Depan, Orang Tua Murid Ikat Kursi dan Meja di Kelas
Sebanyak 37 orang, termasuk istri Mackenzie, Joyce Mwikamba, turut ditangkap sehubungan dengan pembunuhan massal itu.
Onyancha menuturkan bahwa sejak proses penggalian dimulai, otoritas sudah mengumpulkan 258 sampel DNA dari lokasi penggalian.
Penyelidikan itu menguak informasi yang mencemaskan yang menampilkan adanya kemungkinan keterlibatan penjualan organ manusia karena beberapa korban yang ditemukan kehilangan organ.
Hal tersebut memperkuat dugaan perdagangan organ ilegal sehubungan dengan kegiatan ajaran itu, menurut penjelasan polisi. (jpc)
Artikel Terkait
Tuntut Ganti Rugi Lahan Tol Cisumdawu, Puluhan Warga Sumedang Aksi Mogok Makan
Satu Korban Tenggelam Ritual Pengobatan Alternatif di Danau Quarry Cigudeg Bogor Ditemukan Tewas
Akhirnya 3 Korban Tenggelam di Danau Quarry Cigudeg Bogor Ditemukan Dalam Kondisi Tewas
Tragis, Seorang Pengendara Motor Tewas Terlindas Truk Molen di Jalan Raya Dramaga
Presiden Yoon Suk Yeol Kecewa Puluhan Orang Tewas Akibat Banjir Bandang di Korea Selatan