Minggu, 21 Desember 2025

Bulan Juni 2024 Suhu Ekstrem Terparah Sepanjang Sejarah, Ilmuwan Dunia Sebut Suhu Dunia Bakal Terus Melonjak

- Selasa, 9 Juli 2024 | 20:56 WIB
Ilustrasi Suhu Ekstrem Dunia (Pixabay/Bertvthul)
Ilustrasi Suhu Ekstrem Dunia (Pixabay/Bertvthul)

RBG.id - Bulan Juni 2024 disebut-sebut pecahkan rekor tingkat kepanasan ketimbang tahun lalu.

Pemantau iklim Uni Eropa melaporkan bahwa Juni 2024 mencatatkan suhu tertinggi di dunia, mengalahkan rekor sebelumnya yang tercatat pada Juni 2023.

"Sejak Juni 2023, setiap bulan mencatatkan suhu tertinggi dalam 13 bulan berturut-turut, menunjukkan pemanasan global yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujar Copernicus Climate Change Service (C3S) seperti dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (9/7/2024).

Baca Juga: Ruben Onsu Tak Hadir Dalam Sidang Perdana Perceraian Rumah Tangganya dengan Sarwendah, Kenapa?

Direktur C3S, Carlo Buontempo, menekankan bahwa ini bukan hanya keanehan statistik.

"Ini menyoroti perubahan iklim besar yang berkelanjutan. Meskipun suhu ekstrem ini akan berakhir, rekor baru kemungkinan besar akan kembali tercipta seiring dengan pemanasan iklim yang kian memburuk," ungkapnya.

Para pakar menyatakan bahwa kondisi ini tidak dapat dihindari selama manusia terus menghasilkan gas-gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer.

Baca Juga: Isi Garasi Dokter Tompi Ikut Disorot Gegara Konten YouTube Atta Halilintar, Ternyata Ini Sumber Harta Kekayaannya

Rekor baru ini menandai krisis iklim ekstrem di pertengahan tahun 2024.

Panas ekstrem melanda berbagai wilayah dunia, termasuk India, Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Meksiko pada paruh pertama tahun ini.

Kebakaran hutan terjadi di Yunani dan Kanada, sementara badai Beryl menjadi badai Atlantik kategori lima paling awal yang pernah tercatat, menghantam beberapa pulau di Karibia.

Baca Juga: Nonton Argentina VS Kanada di Semifinal Copa Amerika 2024 Dimana? Yuk Cek Link Live Streaming Berikut

Gelombang suhu ekstrem ini bertepatan dengan fenomena El Nino, yang turut berkontribusi terhadap cuaca panas global, kata Julien Nicolas, ilmuwan senior di C3S.

"El Nino adalah salah satu faktor di balik suhu tinggi ini, tapi bukan satu-satunya," ujarnya kepada AFP.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X