Beberapa masalah yang dihadapi adalah kekurangan dokter di daerah pedesaan dan kurangnya jumlah praktisi dengan gaji yang relatif rendah seperti dokter anak dan bedah ortopedi.
Buntut aksi ini menimbulkan sejumlah masalah seperti, pasien yang ditolak dari rumah sakit sampai penundaan perawatan penting, termasuk pembedahan.
Sistem kesehatan di Korea Selatan terkenal mempunyai layanan yang cepat dan murah, dengan waktu tunggu yang cepat serta harga yang murah.
Tetapi, dibalik kesuksesan tersebut, para dokter menyebutkan bahwa kerja keras mereka yang membuat sistem itu berjalan.
Menurut Korea Intern Resident Association, peserta pelatihan atau dokter residen bertugas dalam shift 36 jam.
Sementara itu, dokter di Korea Selatan mampu bertugas sekitar seratus jam dalam minggu.
Pensiunan dokter yang juga mantan anggota parlemen, Park In-sook menyebutkan, dokter praktik harus menemui setidaknya seratus pasien per hari untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup dasar lantaran penggantian biaya pemerintah sangat kecil.
Sistem tersebut juga dirasa 'memanfaatkan' para dokter muda yang penghasilannya rendah sekitar 3 juta won atau sekitar Rp35 juta per bulan.
Artikel Terkait
Arab Saudi Berduka, Pangeran Talal bin Abdulaziz Meninggal Diduga Akibat Kecelakaan Jet Tempur Saat Latihan
Sang Legenda Sepak Bola Jerman Franz Beckenbauer Meninggal, Bayern Muenchen Ungkap Ini
Pemimpin King Center Sekaligus Putra Bungsu Martin Luther King Jr Meninggal Dunia di Usia 62 Tahun
Hore! Akad Nikah Sudah Bisa Dilakukan di Masjidilharam dan Masjid Nabawi, Ingin Coba?
Terungkap! Polisi Malaysia Tembak Tersangka Pembunuh WNI
Waduh! Ternyata Ini Dia Negara Paling Korupsi, Indonesia Termasuk Gak?
Ganjar-Mahfud Diduga Sudah Dicoblos di Malaysia, TKN Prabowo-Gibran Lapor ke Bawaslu