RBG.ID – Optimistis PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terhadap ruang pertumbuhan kredit perbankan masih cukup besar hingga akhir tahun 2023.
Walaupun demikian, masih ada sejumlah faktor yang perlu diperhatikan BRI untuk mengambil respons yang tepat di tengah tantangan perekonomian nasional dan global.
Terkait hal tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, masih banyak ruang bisnis yang dapat digarap oleh perbankan untuk menumbuhkan bisnisnya.
Baca Juga: Liburan Makan yang Manis, Ada Promo JCO 1 Box Jpops Bonus Setengah Lusin Donat Cuma Rp99 Ribu Aja!
“Potensi pasar kredit secara total dari semua segmen, termasuk segmen mikro di Indonesia, sesungguhnya masih sangat besar,” ujarnya dalam webinar bertajuk Peluang, Harapan, dan Tantangan Perekonomian, Selasa (10/10/2023).
Hal tersebut, sambung Sunarso, tercermin dari masih rendahnya rasio total kredit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dibandingkan dengan negara peers.
Demikian juga dengan rasio kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap PDB (produk domestik bruto).
Baca Juga: Jelang Liburan Akhir Tahun, Ini Dia 5 Tempat Glamping Populer dan Terbaik di Bogor
Di Indonesia, sambung dia, rasio kredit terhadap total PDB mencapai 30,6 persen.
Dari angka yang relatif masih rendah itu, share kredit UMKM baru mencapai 7,2 persen terhadap PDB.
Tidak hanya itu, berdasarkan survei BRI Research Institute, inklusi keuangan berdasarkan kepemilikan akun rekening juga masih sangat rendah yakni di level 67,3 persen, serta di level 70 persen untuk penggunaan produk atau pelayanan jasa keuangan (tidak termasuk BPJS) atau 84 persen untuk penggunaan produk atau pelayanan jasa keuangan.
Baca Juga: Intip Spot Foto Favorit Penumpang Kereta Cepat Whoosh di Stasiun Halim
“Artinya apa? Sebenarnya kita masih cukup punya ruang untuk meningkatkan kredit, terutama dibandingkan dengan PDB-nya. Demikian juga kredit kepada UMKM itu masih sangat rendah. Itu adalah ruang untuk kita menemukan bisnis di kredit,” papar Sunarso.
Di pedesaan, jelas Sunarso, angka inklusi keuangan lebih rendah dibandingkan dengan perkotaan. Dia menambahkan, inklusi keuangan berdasarkan penggunaan produk atau pelayanan di daerah perdesaan hanya 79,4 persen, di bawah perkotaan yang mencapai 88,2 persen.