Konon beras jenis ini dulu sering dipakai sebagai sarana santet ke pihak lawan akhirnya namanya sampai sekarang dikenal sebagai mandoti. Bisa juga Pulu Mandoti dimaknai beras yang memiliki aroma yang sangat tajam. Pulu Mandoti juga hanya bisa tumbuh di sawah desa yang tingginya 700 Mdpl.
“Beras ini pernah juga dicoba ditanam di daerah lain, tapi tidak berhasil. Jadi beras Pulu Mandoti hanya bisa di tanam di Desa Salukanan oleh suku duri,” kata salah satu petani.
Desa Salukanan, merupakan desa yang berada di kaki Gunung Latimojong. Menuju desa tersebut bukan perkara mudah, kita harus melakukan perjalanan selama 6 jam melintasi poros Pinrang Enrekang yang jalurnya sempit dan berlubang.
Beras Pulu Mandoti ini aromanya bisa tercium dari jarak 100 meter. Bahkan, bila dicampurkan dengan beras biasa, 1 liter beras Pulu Mandoti bisa mengharumkan 40 liter beras biasa.
Keunikan lainnya, Beras Pulu Mandoti hanya bisa tumbuh secara sempurna di Desa Salukanan, beberapa kali beras itu di budidayakan di desa lain, tumbuh tidak sempurna.
Bahkan, daerah lain di Pulau Jawa pun sempat mengembangkan varietas padi Pulu Mandoti, tapi aroma yang dihasilkan tidak sama dengan dari daerah asalnya.
“Sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mencoba mengembangkan varietasnya agar bisa sama dengan dari desa salukanan namun sampai saat ini belum bisa menyamai kualitasnya. Kemungkinan besar jenis tanah, pengaruh unsur hara yang terjandung didalamnya yang mempengaruhi kualitas berasnya,” kata sahabat kami yang juga warga Desa Salukanan, Hasbi.