“Sudah dimana? Nanti setibanya di Grapen kita meeting persiapan ekspedisi Tanah Toraja ya,” komennya dalam grup Whatsapp (Wa) Forum GM, Senin (27/6).
Saya yang saat itu sedang nyetir hanya membalas, “Dua jam lagi kita diperkirakan tiba di Grapen,” jawab saya yang saat itu masih di sekitaran Leuwiliang pukul 15.00.
Tepat pukul 17.30, kami tiba di Grapen. Setelah memenuhi kebutuhan lambung yang sedari tadi berteriak. Sambil menikmati kopi Baduy dan sebatang rokok diskusi persiapan ekspedisi Tana Toraja dipimpin langsung CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu membahas time schedule dan teknis perjalanan.
Tim Gerakan Anak Negeri (GAN) yang berjumlah 10 orang berangkat menuju Makasar Rabu (30/6) menggunakan pesawat pukul 4.45 dari Bandara Soekarno Hatta. Hanya butuh satu hari untuk mempersiapkan perjalanan ekspedisi Tana Toraja pasca bermalam di Baduy.
Tiba di Kota Daeng (sebutan Lain Kota Makasar) sekitar pukul 07:00. Setelah bersilaturahmi dengan para penggiat media online dan cetak di kota yang dulu disebut Ujung Pandang itu. Tim bergerak menuju Kabupaten Enrekang. Tepatnya di Desa Salukanan, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang.
Ada dua hal yang sangat istimewa di Kecamatan Baraka. Pertama di Desa yang kita singgahi yaitu Desa Salukanan merupakan desa penghasil Beras varietas lokal terbaik dan termahal di Indonesia. Bayangkan 1 liternya dihargai Rp60 ribu jika beli langsung ke petani, tapi kalau beli di pasar bisa tembus diangka Rp70rb se-liternya.
Keistimewaan kedua, ada desa yang warganya dilarang merokok, padahal desa tersebut berada di ketinggian 1350 MDPL.
Edisi ini saya mau membahas beras Pulu Mandoti, salah satu varietas padi lokal yang memiliki keistimewaan dari wanginya. Beras tersebut sejenis beras ketan berwarna merah. Pulu’ Mandoti secara bahasa terdiri dari dua kata “Man (Mang)” dan “doti” artinya melakukan ritul “doti” (santet).