Di tengah hiruk pikuk arus kehidupan Kota Bekasi, Nuroji menerangkan, masyarakat Kampung Kranggan, Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna masih menjaga kekuatan dan melestarikan budaya serta adatnya.
“Masyarakat Kranggan lekat dengan adat Sunda. Wajar, kampung ini terletak persisi di perbatasan Kabupaten Bogor. Mereka, mempunyai tradisi yang dijaga turun temurun dan konon telah berlangsung sejak berabad-abad lamanya bernama babarit,” terang Nuroji.
Dewan dari Dapil Jawa Barat VI (Kota Depok-Kota Bekasi) ini mengatakan, budaya masyarakat Kranggan antara lain di kenal ‘Babarit’ yang merupakan akronim dari ‘’Ngabarkeun ririwit’ yang artinya melenyapkan kesusahan atau dengan kata lain biasa disebut sebagai ‘Selametan Bumi’.
“Jadi, ada waktu tertentu, masyarakat di sana akan menuangkan rasa syukurnya terhadap Sang Pencipta,” ujar Nuroji.
Untuk itu, Nuroji berharap agar pemerintah, baik pusat, provinsi hingga kabupaten/kota dapat mendorong dan menggaungkan daya tarik desa wisata guna menjadikannya destinasi favorit yang menarik untuk dikunjungi wisatawan nusantara maupun mancanegara.
“Pemangku kepentingan perlu membantu, baik dari sisi pengembangan, infrastruktur hingga promosi, agar desa wisata bisa berkembang. Karena, dampak positifnya banyak sekali, bisa melestarikan budaya, menyerap tenaga kerja, juga meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut,” bebernya.
Budaya ini pun sebelumnya diusulkan oleh Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) pada 2018, melalui tim Pokok-pikir Pemajuan Kebudayaan Daerah (PPKD) melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sudah mengajukan Kampung Kranggan menjadi Kampung budaya.
“Ini sudah disetujui pemerintah pusat. Bahkan, sudah ditinjau langsung DPRRI pada 2019 lalu. Semoga, dengan adanya sosialisasi ini, desa wisata di Kota Bekasi dapat meningkat,” ucap Nuroji. (cky)