Askin menjelaskan, demi menjawab persoalan itulah MIKTA didirikan sebagai pengelompokan lintas kawasan dari negara-negara anggota G-20 pada tahun 2013, dengan gagasan bahwa melalui kerjasama yang produktif dapat menjembatani kesenjangan antara negara maju dan berkembang serta membangun konsensus tentang isu-isu yang relevan untuk semua kawasan.
Tahun 2022, kata Askin, Turki ditunjuk sebagai ketua dan diharapkan mampu menjaga momentum kolaborasi tersebut.
Salah satu prioritas yang dipilih dalam tahun ini ialah Ketahanan Pangan. Dengan diadopsinya Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (2030 Sustainable Development Agenda), komunitas internasional telah berkomitmen untuk mengakhiri kelaparan, kerawanan pangan, dan segala bentuk kekurangan gizi.
Namun, tutur dia, masih ada jalan panjang untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan tersebut karena, berbagai tantangan global yang telah disebutkan di atas.
“Menyadari pentingnya kerjasama internasional dalam mengatasi tantangan global pada isu-isu ini, peserta akan menyoroti perilaku gizi individu dan kelompok, hambatan yang dihadapi penyediaan makanan, perbaikan gizi, dan mempromosikan pertanian berkelanjutan, serta dampak konflik, iklim perubahan, dan kelangkaan air terhadap ketahanan pangan,” paparnya.
Sementara itu, Rektor UIII, Komaruddin Hidayat menerangkan, pihaknya mengapresiasi semakin berkembangnya jaringan akademik MIKTA, pelibatan civitas akademika dalam setiap pembahasan isu-isu penting
“Bukan hanya karena mereka mewakili suara warga yang tercerahkan, tetapi karena kami tidak ingin civitas akademika berdiri di atas menara gading. Berkaitan dengan hal tersebut,” ujarnya.
Komaruddin mengungkapkan, UIII ingin mengambil peran dalam mencari solusi yang tengah dihadapi dunia. Salah satunya, ketahanan pangan.