Senin, 22 Desember 2025

Puluhan Warga Kota Bogor Positif Campak, Dinkes: Belum Berstatus KLB

- Senin, 30 Januari 2023 | 09:20 WIB
Ilustrasi campak
Ilustrasi campak

RBG.ID-BOGOR, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencata ada 12 provinsi  menetapkan wilayahnya berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak.

Kemenkes melaporkan ada 3.341 kasus campak di 223 kabupaten/kota di 31 provinsi selama tahun 2022. Jumlah ini meningkat 32 kali lipat dibandingkan tahun 2021. Hal itu diungkapkan Juru Bicara Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi.

Merespons keadaan ini, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, dr Sri Nowo Retno mengungkapkan, Kota Bogor telah melaporkan 113 kasus suspek campak rubella sepanjang tahun 2022.

Baca Juga: Belasan Warga Kabupaten Bogor Idap Campak, Dinkes Bilang Begini

Hasilnya ditemukan 40 kasus positif campak, 7 positif rubella, sedangkan 66 lainnya negatif.  Retno menjelaskan, penemuan kasus suspek campak ruella berasal dari pelaksanaan kegiatan surveilans yang aktif dari puskesmas dan rumah sakit dengan cara melaporkan setiap kasus dengan kriteria demam dan ruam.

"Sebanyak 40 data positif campak diatas tidak memenuhi kriteria KLB karena tidak memiliki hubungan secara epidemiologi (orang, tempat, dan waktu)," terangnya.

Kasus positif campak tersebut tersebar di 24 titik dari 68 kelurahan di Kota Bogor. Sebanyak 4 kelurahan ditemukan ada lebih dari 1 kasus positif yaitu Kelurahan Gunung Batu sebanyak 4 kasus, Loji 3 kasus, Pasir Jaya 3 kasus, dan Mulyaharja 3 kasus.

Baca Juga: Hanya Dua Desa di Parung Panjang Aman dari Campak

Retno mengatakan, Kota Bogor telah melebihi target cakupan imunisasi campak 9-11 bulan yakni 96,56 persen, sedangkan yang ditargetkan sebesar 95 persen.

Namun, jika capaian imunisasi dirunut berdasarkan kelurahan dan dikaitkan dengan data kasus positif campak terbesar dari 4 kelurahan tersebut, maka angka cakupan imunisasi campak 9-11 bulan di Kelurahan Gunung Batu 88,6 persen, Loji 101,6 persen, Pasir Jaya 95,6 persen, dan Mulyaharja 91,1 persen.

"Dari data tersebut, rendahnya cakupan imunisasi menjadi faktor pendukung adanya kasus positif campak di suatu wilayah,” terangnya.

Selain itu, faktor transmisi dari daerah perbatasan dengan kelurahan atau kabupaten atau kota yang terdampak, dan cakupan imunisasi yang rendah di tahun-tahun sebelumnya juga dapat menjadi faktor pendukung. Perlu penyelidikan epidemiologi lebih lanjut untuk penentuan faktor penyebabnya.

Sementara di tahun 2023 hingga 25 Januari 2023 lalu Dinkes sudah mengirimkan 87 sampel kasus suspek campak ke Laboratorium Bio Farma Bandung. Namun hingga saat ini pihak Dinkes masih menunggu keterangan hasil.(cr1)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Trem di Kota Bogor Diuji Coba 2026

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:22 WIB
X