RBG.ID-BOGOR, Sudah jatuh tertimpa tangga. Pepatah itu pas untuk menggambarkan nasib apes yang dialami korban kecelakaan tabrak lari, seorang pedagang kopi keliling di Bogor, Sumiyati (41).
Wanita paruh baya yang tinggal sebatang kara di Kota Bogor itu mengalami peristiwa tragis saat jualan kopi keliling di Alun-alun Kota Bogor.
Sumiyati ketabrak motor saat sedang asyik berbincang dengan teman lelaki yang baru dikenalnya di Jalan Dewi Sartika, Senin (13/2/2023) malam.
Baca Juga: Pelaku Tabrak Lari yang Buang Korban dekat Kandang Ayam Akhirnya Diringkus
Sumiyati terpental dua meter. Bagian kakinya yang tertabrak membuat kepalanya mendarat terlebih dahulu hingga mencium aspal.
Sementara pengedara motor yang menabraknya memilih melarikan diri.
Dalam keadaan tak sadarkan diri, Sumiyati dilarikan teman prianya ke IGD RSUD Kota Bogor. Nahasnya, usai mengantar Sumiyati, pria tersebut justru membawa kabur tas milik wanita kelahiran Kebumen itu.
“Tas saya dibawa kabur. Isinya HP dan uang setoran hasil jualan kopi,” terang Sumiyati.
Baca Juga: Hati-hati, Jalan Raya Bogor Rawan Kecelakaan, Ini Titiknya
Seketika Sumiyati menitihkan air mata, tubuhnya seakan mengatakan bila dirinya tak lagi betah berbaring di RSUD Kota Bogor. Bukan karena kondisinya yang sudah pulih total. Namun karena ke khawatirannya akan beban biaya pengobatan harus dibayarnya.
“Pak saya mau pulang saja. Bagaimana ya, saya tidak punya uang untuk membayar berobat. Saya tidak punya keluarga pak di Bogor,” kata Sumiyati seraya meneteskan air mata saat ditemui di RSUD Kota Bogor.
Kondisi Sumiyati yang memilukan, rupanya sampai ke telinga jajaran manajemen RSUD Kota Bogor. Wanita paruh baya ini digratiskan biaya perawatan hingga pengobatan.
Dia diperkenankan pulang setelah kondisinya pulih.
Terpisah, Kepala Seksi Rawat Jalan RSUD Kota Bogor, dr. Yuyung Susanti mengatakan, pelayanan pasien miskin memang sudah menjadi bagian dari program pemerintah, baik pusat maupun daerah.
“Dimana keadilian pelayanan kesehatan harus diwujudkan. Jangan ada diskriminasi antara si kaya dan si miskin. Semua pasien harus dilayani sepenuh hati dan profesional,” tegasnya.
Sumiyati mengaku tenang usai mendapati kabar bila dirinya dibebas biayakan pengobatan.
Dia merasa bersyukur masih ada RS yang menjalankan prinsip keadilan dalam pelayanan kesehatan.