RBG.id - Gunung Lewotobi Laki-Laki, yang berada pada status Level IV (Awas), kembali mengalami letusan pada Selasa, 12 November 2024, pukul 13.59 WITA.
Menurut keterangan dari Yohanes Kolli Sorywutus petugas pos pengamatan Gunung Api Lewotobi, kolom abu tebal berwarna kelabu terlihat membubung hingga ketinggian 9.000 meter atau 9 kilometer ke arah barat daya dan barat.
“Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya dan barat," kata Yohanes dikutip RBG.id dari detikBali pada Selasa, 12 November 2024.
Baca Juga: Wow, Vespa Jadul Kembali Hits: Dari Kendaraan Klasik Jadi Tren Gaya Hidup Masa Kini
Sejak letusan pertama pada Sabtu, 3 November 2024 aktivitas abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki terus berlanjut, mengeluarkan lava pijar dan kolom letusan secara berkala.
Pemerintah daerah setempat telah menetapkan status tanggap darurat selama 58 hari, berlaku mulai 4 November hingga 31 Desember 2024, guna menghadapi dampak erupsi yang meluas.
Masyarakat di sekitar kawasan gunung dan pengunjung diminta untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 7 kilometer dari pusat erupsi, serta radius 9 kilometer khususnya di arah barat daya dan barat laut.
Baca Juga: Bunda Harus Waspada, Ini 6 Dampak Buruk Bagi Si Kecil Jika Orang Tua Bertengkar di Depannya
Hingga saat ini, 11.553 warga telah dievakuasi ke delapan titik pengungsian yang tersebar di Kabupaten Flores Timur dan Sikka, di mana sebagian pengungsi di Sikka rencananya akan dipindahkan karena wilayah tersebut juga terdampak abu vulkanik.
Letusan Gunung Lewotobi telah mengakibatkan 10 korban jiwa dan lava panas yang mengalir hingga lima desa di lereng gunung.
Aliran lava kini membelah menjadi dua bagian, meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman aliran lahar hujan pada musim hujan yang akan datang.
Yohanes juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung dan potensi banjir lahar jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, mengikuti informasi dari sumber resmi, dan menggunakan masker untuk melindungi diri dari bahaya abu vulkanik yang dapat berdampak pada sistem pernapasan.***