Cimande kemudian berkembang pesat di berbagai daerah Jawa Barat seperti Sukabumi, Banten, hingga Tasikmalaya.
Dari para muridnya lahir pula berbagai aliran silat lain seperti Cikalong, Sera, dan Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka.
Baca Juga: Esemka Minggir Dulu! Ini Dia Indigenous Indonesian Car, Mobil Listrik Era Prabowo Karya Anak Bangsa
Sayangnya, sebagian aliran turunannya kini bahkan telah dipatenkan di luar negeri, menunjukkan betapa luas pengaruh Cimande di kancah global.
Mbah Khair sendiri dikenal sederhana, ia sering menggunakan pakaian kampret dan pangsi hitam dengan ikat kepala merah.
Tubuhnya kekar dan kuat, gerakannya saat “ibing” (menari silat) sangat ekspresif dan tidak mengenal lelah.
Ia wafat pada tahun 1825 dan dimakamkan di Gang Karet, Jalan Ahmad Yani, Tanahsareal, Kota Bogor.
Warisan Mbah Khair tidak hanya berupa bela diri, tetapi juga nilai kehidupan: disiplin, kerendahan hati, dan pengabdian.
Hingga kini, Cimande tetap menjadi simbol kebanggaan masyarakat Bogor dan warisan budaya Indonesia yang tak ternilai.***
Artikel Terkait
Sosok Pelaku Bullying Siswa SMP Cilacap Anak Berprestasi, Juara Mengaji dan Silat
Ratusan Pesilat Pelajar Meriahkan Kejurcab Olahraga Pencak Silat Kabupaten Bogor 2024, Berebut Kuota Popwilda
Langsung Satset! Prabowo Subianto Lakukan Pose Silat Pasca Jalani Operasi Kaki Didepan Awak Media
Paksa Terobos Masuk Rombongan Wisatawan Pencak Silat Keroyok Satpam di Kebun Raya Bogor
Ini Sosok Rahmat Tri Hartanto, Pelaku Mutilasi Uswatun Hasanah yang Ternyata Petinggi Perguruan Silat
Pencak Silat Bergema di Bogor, Ratusan Pesilat Muda Unjuk Gigi di Festival Tingkat Kabupaten