Kasus tersebut ramai menjadi perbincangan di industri teknologi global sebab, menimbulkan pertanyaan tentang batasan kebebasan berbicara di ranah online, pengawasan platform media sosial, dan apakah pemiliknya bertanggung jawab secara hukum atas perilaku kriminal pengguna.
Peneliti senior di Citizen Lab, Universitas Toronto John Scott-Railton mengatakan bahwa perubahan kebijakan terbaru itu membuat banyak kekhawatiran di kalangan komunitas pengguna Telegram.
"Banyak yang sekarang mencermati pengumuman Telegram dengan pertanyaan mendasar. Apakah ini berarti platform tersebut akan mulai bekerja sama dengan pihak berwenang di rezim yang represif?," ujar John.
Pakar keamanan siber itu mengatakan, meskipun aplikasi perpesanan tersebut telah menghapus beberapa kelompok, sistemnya jauh lebih lemah dalam memoderasi konten ekstremis dan ilegal dibandingkan perusahaan media sosial dan pesaing. (*)
Artikel Terkait
Telegram Akan Meluncurkan Fitur Story pada Juli ini
Fitur Terbaru dari Telegram, Mode Hemat Baterai Ponsel Simak Cara Menggunakannya
Deretan Dugaan Pelanggaran Bos Telegram, Semua Tindakan Kriminal Diborong Pavel Durov
CEO Telegram Ditangkap Polisi Usai Turun dari Jet Pribadi, Harga Toncoin Turun Drastis!
Baru Tiba dengan Jet Pribadi, Ternyata Ini Alasan Pavel Durov CEO Telegram Ditangkap Otoritas Perancis
CEO Telegram Ditangkap di Perancis, Begini Cara Ekspor Chat Telegram Agar Tidak Hilang
Bos Besar Telegram Dinyatakan Bebas dari Tahanan Atas Kasus Transaksi Ilegal Usai Bayar Jaminan Rp86 M