RBG.ID – Pembentukan poros keempat yang diwacanakan Partai Golkar dan PAN bisa mengubah konstelasi politik nasional.
Jika dua partai itu mengusung calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) sendiri, mereka akan mendapat keuntungan elektoral.
Keduanya juga tidak akan menjadi sekadar parpol pengekor atau pendompleng dalam Pilpres 2024.
Baca Juga: Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim Ikut Hidangkan Makanan di Sabtu Berbagi Regina Pacis Bogor
Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini mengatakan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) hampir bubar karena PPP sudah menyeberang ke PDI Perjuangan (PDIP) dan ikut mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres.
Menurut dia, sebenarnya tempat PPP bukan di situ. Sebab, arus bawah PPP berkiblat ke capres lain.
Menurut Didik, itu merupakan ketidakstabilan baru di PPP. Setelah Presiden Joko Widodo tidak lagi menjabat, dia memprediksi terjadi keributan kembali di internal PPP.
’’Karena perubahan kepemimpinan PPP adalah pesanan dari luar,’’ ungkap alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut.
Didik menuturkan, momentum transisi itu menjadi peluang besar bagi Golkar dan PAN untuk membentuk poros keempat demi memperkuat ketahanan partai.
Jika Golkar-PAN tidak berkoalisi dan hanya menjadi pengekor parpol lain, mereka tidak akan mendapatkan tambahan suara, kecuali memperoleh jatah menteri di kemudian hari.
Baca Juga: Lirik Lagu Snap Queendom Puzzle yang Dibawakan oleh Pick-Cat dan Athena
Didik menjelaskan, Partai Golkar pernah besar dan menjadi partai paling stabil. Golkar sebenarnya berkehendak untuk membuat debut sendiri dan mengusung capres.
Sebab, hal itu diharapkan berdampak pada elektabilitas partainya. Ini menjadi peluang untuk berkiprah mengusung pasangan sendiri.