Produsen Otomotif Mulai Menahan Laju Produksi
Meski angka penjualan meningkat, sejumlah produsen besar mulai menahan ekspansi produksi EV.
Menurut laporan The Wall Street Journal, General Motors (GM) mencatat kerugian USD 1,6 miliar akibat penjualan EV yang melambat dan biaya produksi tinggi.
Produsen lain seperti Ford, Volkswagen, dan Hyundai juga menunda rencana pembangunan pabrik EV baru demi menjaga margin keuntungan.
Baca Juga: Definisi Mobil Listrik Masa Depan, KIA EV Series Hadir dengan Performa Ganas dan Fitur Premium
Analisis dari Business Insider menyebutkan bahwa transisi menuju kendaraan listrik kini menghadapi tantangan nyata, seperti kenaikan harga baterai, keterbatasan infrastruktur pengisian, serta pengurangan subsidi pemerintah.
Kondisi ini memaksa banyak perusahaan meninjau ulang target elektrifikasi mereka.
Di negara berkembang seperti Indonesia, hambatan utama masih terletak pada infrastruktur pengisian cepat (fast charging) yang terbatas.
Meskipun pemerintah terus mendorong penggunaan kendaraan listrik, ketersediaan jaringan pengisian masih belum sebanding dengan jumlah kendaraan yang tumbuh.
Selain itu, kompetisi harga dari produsen Tiongkok seperti BYD dan Geely turut menekan pasar global.
Produsen Barat yang menghadapi biaya bahan baku tinggi dan kebijakan proteksi perdagangan semakin sulit menjaga daya saing.
Para analis memperkirakan bahwa pertumbuhan EV akan tetap berlanjut hingga akhir 2025, meskipun dengan laju yang lebih moderat.
Banyak negara masih berkomitmen mencapai net zero emission, namun kini lebih realistis dalam strategi penerapannya.***