’’Nah, ketika minta izin, maka bersinggungan dengan statuta PSSI pasal 7. Pasal itu berisi tentang asas netralitas. Tapi, apa yang nggak mungkin di negeri ini. Pada akhirnya, statuta ya. Peraturan ya peraturan,’’ jelas dia.
Baca Juga: Mau Tau, Begini Definisi Hukuman Penjara Seumur Hidup
Namun, di antara dua nama itu, Bung Towel heran dengan keputusan Menpora Zainudin Amali. Sekelas Menpora hanya maju sebagai bakal calon wakil ketua umum.
Padahal, posisi Menpora bisa disebut sebagai bapak dari seluruh cabang olahraga (cabor) di Indonesia.
’’Apa Menpora tidak pede (maju sebagai bakal calon Ketum)? Apa Menpora rendah hati? Atau, jangan-jangan ada skenario tertentu untuk menggandengkan Menpora dengan salah satu bakal calon ketua umum? Saya membacanya begitu,’’ terang Bung Towel.
Baca Juga: Polisi: Terduga Pelaku dan Unsur Pidana Kuat di Kasus Keracunan Sekeluarga Bantargebang Bekasi
Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali pun angkat bicara.
Di satu sisi, Akmal menilai majunya Erick dan Amali menandakan bahwa PSSI sedang gawat darurat.
’’Sepak bola Indonesia sedang siaga 1. Sampai-sampai dua menteri mau mengurus PSSI,’’ ujarnya.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Kritik Keras KPI
Tapi, Akmal ingin melihat niat Erick dan Amali. Jika keduanya tulus ingin memajukan sepak bola Indonesia, hal itu harus didukung dan diapresiasi.
’’Tapi, kalau untuk batu loncatan 2024, tentu harus dikritisi. Jangan sampai ada skenario Erick terpilih sebagai ketua umum dan wakilnya adalah Menpora. Lalu, pada 2024, dia (Erick) nyapres dan mundur sebagai ketua umum PSSI. Posisinya lalu digantikan Amali. Kalau seperti ini, repot. Sepak bola menjadi tempat pelarian,’’ tegasnya.
Soal Menpora yang mendaftar sebagai bakal calon wakil ketua umum PSSI, Akmal melihatnya sebagai hal aneh. Sebab, Menpora adalah ayah bagi seluruh cabor di Indonesia.
Baca Juga: Pemkab Bogor Siapkan Belanja Tidak Terduga Rp50 Miliar, Ini Kegunaannya
’’Tidak masuk akal. Tapi, setiap orang berhak berorganisasi,’’ papar Akmal.