kesehatan

Apa Itu AMS? Diduga Penyebab 2 Pendaki Wanita Indonesia Meninggal di Puncak Carstensz Papua

Minggu, 2 Maret 2025 | 22:42 WIB
Ilustrasi Terkena AMS (Acute Mountain Sickness) (Freepik)

RBG.ID - Dua pendaki perempuan, Elsa Laksono dan Lilie Wijayanti Poegiono, dilaporkan meninggal dunia pada 1 Maret 2025 setelah berhasil mencapai puncak Jayawijaya atau Puncak Carstensz Pyramid.

Diduga, kedua pendaki itu mengalami AMS saat turun dari Puncak Carstenz. Namun, apa itu AMS sebenarnya?

Dikutip dari clevelandclinic.org, AMS sendiri merupakan penyakit yang kerap ditemukan di dataran tinggi. Kondisi ini rentan dialami pendaki saat berada di ketinggian.

Baca Juga: Sindiran Panas! Hotman Paris Semprot Ahok Usai Koar-Koar Soal Kasus Korupsi Pertamina di Media Sosial

AMS atau Acute Mountain Sickness merupakan penyakit ketinggian saat tubuh tidak punya waktu untuk menyesuaikan diri dengan ketersediaan oksigen yang lebih rendah dari atmosfer.

Penyakit AMS dapat menyerang pendaki gunung, pendaki gunung, pemain ski, atau pelancong di dataran tinggi, biasanya di atas 2.400 meter.

AMS sendiri merupakan salah satu jenis altitude sickness dengan tingkat keparahan terendah dan paling umum. Kendati dapat dicegah dan diobati, AMS dapat dengan cepat berubah menjadi masalah yang mengancam jiwa.

Baca Juga: Jejak Pendidikan Ghazyendha Aditya Pratama Terungkap, Anak Kapolda Kalsel Ternyata Sempat Tiga Kali Pindah Kampus

Penyebab AMS (Acute Mountain Sickness)

Seperti dijelaskan sebelumnya, AMS disebabkan oleh tekanan udara yang rendah dan kadar oksigen yang rendah di dataran tinggi.

Semakin cepat seseorang mendaki ke dataran tinggi, semakin besar kemungkinan terkena AMS.

Seseorang akan berisiko lebih tinggi terkena AMS jika:

1. Tinggal di atau dekat permukaan laut dan bepergian ke dataran tinggi
2. Pernah menderita penyakit tersebut sebelumnya
3. Naik gunung dengan cepat
4. Belum beraklimatisasi dengan tepat terhadap ketinggian
5. Alkohol atau zat lain mengganggu aklimatisasi
6. Memiliki masalah medis yang melibatkan jantung, sistem saraf, atau paru-paru
7. Menderita anemia

Baca Juga: Begini Cara Mencicipi Masakan Agar Tidak Membatalkan Puasa, Tips dari Buya Yahya

Gejala AMS (Acute Mountain Sickness)

Gejala yang dialami akan bergantung pada kecepatan pendakian dan seberapa keras pendaki mendorong diri. Gejalanya berkisar dari ringan hingga mengancam jiwa.

Menurut Medline Plus dari Departemen Kesehatan US, gejala AMS dapat memengaruhi sistem saraf, paru-paru, otot, dan jantung. Pada sebagian besar kasus, gejalanya ringan.

Gejala AMS ringan hingga sedang dapat meliputi:

Baca Juga: Buya Yahya Menjawab: Hukum Mencicipi Makanan Saat Berpuasa, Apakah Membatalkan Puasa?

1. Sulit tidur
2. Pusing atau sakit kepala ringan
3. Kelelahan
4. Sakit kepala
5. Kehilangan selera makan
6. Mual atau muntah
7. Denyut nadi cepat (detak jantung)
8. Sesak napas saat beraktivitas

Gejala yang dapat terjadi pada penyakit gunung akut yang lebih parah meliputi hal berikut dan dapat berkembang menjadi edema paru dataran tinggi atau edema serebral dataran tinggi:

Baca Juga: Cara Melatih Anak untuk Belajar Puasa di Bulan Ramadhan, Cek Tips dari Ustadz Adi Hidayat Ini!

1. Warna biru pada kulit (sianosis)
2. Sesak dada atau kongesti
3. Kebingungan
4. Batuk
5. Batuk berdarah
6. Kesadaran menurun atau menarik diri dari interaksi sosial
7. Kulit abu-abu atau pucat
8. Ketidakmampuan untuk berjalan dalam garis lurus, atau berjalan sama sekali
9. Sesak napas saat istirahat

Cara Mencegah AMS (Acute Mountain Sickness)

Saat mengalami gejala altitude sickness yang ringan, pendaki bisa mengatasinya dengan beristirahat.

Namun, apabila semakin lama keadaan semakin memburuk maka disarankan untuk tidak melanjutkan pendakian dan segera turun.

Baca Juga: Blak-Blakan Soal Kasus Korupsi! Ahok Bongkar Alasan Pertamina Masih Pakai Cash, Gara-Gara Riva Siahaan

Sementara untuk mencegah AMS, cara terbaiknya adalah dengan mendaki secara bertahap. Pendaki sebaiknya menghabiskan beberapa hari untuk mendaki hingga 9.850 kaki (3.000 meter).

Di atas titik ini, naiklah dengan sangat lambat sehingga ketinggian tempat tidur tidak bertambah lebih dari 990 kaki hingga 1.640 kaki (300 meter hingga 500 meter) per malam.

PT Tropis Cartenz Jaya, selaku operator pendakian, turut menyampaikan duka cita yang mendalam atas kepergian kedua pendaki tersebut. Melalui akun Instagram @tropik_adventure, perusahaan tersebut menulis.

Semoga keluarga serta kerabat yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi kepergian ini.***

Tags

Terkini