“Muslim dianggap oleh masyarakat luas sebagai kelompok yang sulit untuk diintegrasikan, terutama karena sikap peran gender konservatif dan tingkat religiusitas yang tinggi, yang tampaknya bertentangan dengan nilai-nilai Eropa dan gaya hidup sekuler masyarakat Barat,” ujar para peneliti dalam artikel tersebut.
Hasil ini mengungkapkan bukti kuat bahwa wanita Muslim bercadar didiskriminasi di Jerman dan Belanda, tetapi hanya ketika mereka melamar pekerjaan, terutama pekerjaan yang berkaitan dengan kontak langsung dengan pelanggan.
“Namun, di Spanyol, tingkat diskriminasi terhadap perempuan Muslim bercadar jauh lebih kecil daripada di dua negara lainnya,” kata para peneliti.
Untuk memberikan data statistik, penelitian tersebut menggarisbawahi bahwa 48,5 persen wanita Muslim bercadar menerima tanggapan dari majikan di pasar tenaga kerja Belanda sementara jumlah ini menurun menjadi 34,5 persen di antara wanita Muslim bercadar.
Di Jerman, meskipun pemberi kerja menanggapi lamaran pekerjaan dari separuh wanita Muslim yang tidak berjilbab, mereka tidak memberikan tanggapan apa pun kepada 75 persen wanita Muslim berjilbab.
Ada alasan mengapa para pelamar kerja di Inggris dan Norwegia tidak memasang foto mereka di CV saat melamar pekerjaan, mengingat masalah “diskriminasi tingkat tinggi” terhadap Muslim.(rmol)