RBG.ID – Rusia gagal membayar utang luar negerinya. Bukan karena tidak mampu membayar, tapi karena sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat membuat pembayaran mereka tertahan.
Moskow pun membantah bahwa yang terjadi saat ini adalah gagal bayar utang luar negeri alias default.
’’Penyelesaian internasional dan sistem kliring telah menerima dana secara penuh di muka, tetapi pembayaran tidak ditransfer ke penerima akhir karena tindakan pihak ketiga,’’ bunyi pernyataan Kementerian Keuangan Rusia, Senin (27/6) seperti dikutip Agence France-Presse. Kremlin menuding bahwa itu adalah default palsu yang dirancang negara-negara Barat.
BACA JUGA : Rebut Kota Severodonetsk, Rusia Sudah Kuasai Hampir Sebagian Besar Wilayah Ukraina
Rusia kali terakhir mengalami gagal bayar utang luar negeri pada 1918 ketika terjadi revolusi Bolshevik. Saat itu pemimpin komunis yang baru, Vladimir Lenin, menolak membayar utang kekaisaran Rusia.
Pada 1998, Rusia juga gagal memenuhi pembayaran obligasi domestik. Namun, mereka berhasil membayar utang luar negerinya. Itu adalah akhir rezim Boris Yeltsin dan Rusia diguncang krisis dalam negeri.
Rusia berutang sekitar USD 40 miliar (Rp 591,98 triliun) dalam bentuk obligasi asing. Sebelum invasi, Moskow memiliki sekitar USD 640 miliar (Rp 9,4 kuadriliun) dalam mata uang asing dan cadangan emas. Namun, sebagian besar disimpan di luar negeri dan kini telah dibekukan oleh negara-negara Barat.
Dilansir BBC, utang luar negeri yang gagal dibayar Rusia saat ini mencapai USD 100 juta atau setara Rp 1,4 triliun. Pembayaran bunga utang itu jatuh tempo pada 27 Mei dan Moskow sudah membayar ke Euroclear. Itu adalah bank yang akan mendistribusikan pembayaran kepada para investor.