Hal itu adalah kesepakatan perdana perdagangan bebas Israel dengan negara Arab. Negara Yahudi tersebut mulai menormalisasi hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab pada 2020 lalu.
Saat itu Amerika Serikat di era Presiden Donald Trump menjadi penengah dengan membuat Kesepakatan Abraham. AS juga jadi penengah normalisasi hubungan diplomatik Israel dengan Bahrain dan Maroko.
Perdagangan dua arah Israel-UEA tahun lalu totalnya mencapai USD 900 juta atau setara Rp 13,09 miliar. Presiden Dewan Bisnis Israel-UEA Dorian Barak memprediksi bahwa angka tersebut akan berlipat ganda. Diperkirakan pada tahun ini bisa mencapai USD 2 miliar atau Rp 29,09 triliun. Dalam 5 tahun, ia bisa naik menjadi USD 5 miliar atau Rp 72,74 triliun.
’’Hal tersebut terjadi karena didukung oleh kolaborasi sektor energi terbarukan, barang konsumsi, pariwisata dan ilmu hayati,’’ ujar Barak.
Dia menambahkan bahwa Dubai akan menjadi pusat bagi perusahaan Israel yang melihat potensi pasar Asia Selatan, Timur Tengah dan Timur Jauh. Ada hampir seribu perusahaan Israel yang terlibat langsung maupun melalui UEA mulai akhir tahun ini.
Israel sebelumnya sudah membuat kesepakatan perdagangan bebas dengan beberapa negara dan blok. Di antaranya AS, Uni Eropa (UE), Kanada serta Meksiko. Februari lalu mereka juga menandatangani perjanjian dagang dengan Maroko guna membuat zona khusus industri di Rabat.
Situasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab membuat Palestina geram. Hal itu seakan mengingkari kebijakan pan-Arab. Isinya adalah mengisolasi Israel sampai mereka menarik diri dari wilayah pendudukan dan menerima Palestina sebagai sebuah negara.
Penandatanganan dengan UEA juga terjadi hanya berselang dua hari dari parade di Israel untuk memperingati keberhasilan mereka menaklukkan Jerusalem Timur. Parade itu berujung ricuh. Israel menduduki Jerusalem Timur pada 1980. Langkah tersebut tidak diakui oleh komunitas internasional.
