Beberapa di antara mereka merasa Ramadhan tahun ini sedikit lebih baik dibandingkan tahun lalu, ketika mereka terpaksa mengungsi ke kamp-kamp tenda yang kumuh dan menghadapi ancaman kematian setiap hari akibat serangan udara Israel.
Baca Juga: PT Sritex Produksi Apa Saja? Pabrik Pembuat Seragam NATO hingga Baju Zara, Kini Resmi Tutup Permanen
Namun, meskipun lebih tenang, suasana masih jauh dari kata normal.
"Rumah mereka telah hancur. Sebagian orang tidak mampu berbelanja untuk Ramadhan, tetapi iman kami kepada Tuhan sangat besar karena Dia tidak pernah lupa memberkahi orang-orang," lanjutnya.
Di Khan Younis, Gaza Selatan, warga berkumpul untuk menikmati sahur bersama di tengah puing-puing rumah mereka yang hancur.
Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Ahok Mandek Cuma Jadi Komisaris Utama Pertamina, Pernah Ancam Riva Siahaan
Dengan meja kecil yang tersusun memanjang, mereka duduk berhadap-hadapan, menyantap hidangan sederhana yang tersedia.
Meski kondisi masih jauh dari nyaman, semangat Ramadhan tetap terasa. Cahaya lampu dan dekorasi khas Ramadhan menghiasi sekitar, memberikan secercah harapan dan kebersamaan di tengah keterbatasan yang ada.***