RBG.id -- Penurunan angka kelahiran di berbagai negara belakangan ini menjadi isu yang kerap mendapat sorotan, salah satunya adalah Korea Selatan.
Ogah tertimpa badai krisis populasi seperti Jepang, sang tetangga, Korea Selatan kini gerak cepat untuk mengantisipasi anjloknya tingkat kelahiran di sana.
Oleh karena itu, pemerintahan di Korea Selatan terus berupaya untuk melakukan berbagai cara mengatasi krisis populasi yang sedang mereka alami.
Hal ini juga diperparah oleh tren tidak ingin menikah. Bahkan, banyak generasi muda Korsel yang tidak ingin menikah dan memiliki keturunan sehingga grafis angka kelahiran kian menukik.
Lebih dari lima warga Korea berusia 30 hingga 34 tahun belum menikah, sehingga menambah kekhawatiran besar terhadap rendahnya angka kelahiran.
Dalam ringkasan rutin laporan data Layanan Informasi Statistik Korea (KOSIS), Statistik Korea menyebutkan 81,5 persen atau 7,83 juta dari 9,61 juta pria dan wanita pada kelompok usia tersebut di atas adalah lajang pada tahun 2020.
Proporsi orang yang lajang di Korea Selatan meningkat lebih dari tiga kali lipat dari 18,7 persen pada tahun 2000.
Dari mereka yang berusia 30 hingga 34 tahun pada tahun 2020, 86,1 persen laki-laki dan 76,7 persen perempuan masih berstatus lajang.
Secara khusus, 50,5 persen dari mereka yang berpendidikan tinggi malah tidak ada keinginan untuk menikah bahkan memiliki keturunan.
Baca Juga: Tips Gaya Hidup Sehat tapi Mudah Dijalani, Manfaat Jalan Kaki Ternyata Gak Cuma Bakar Kalori Lho!
“Ini adalah pertama kalinya lebih dari separuh orang yang disurvei tetap melajang,” kata laporan itu dilansir RBG.id dari The Korea Times, Jumat, 28 Juni 2024.
Mereka mulai memutar otak untuk kembali meningkatkan angka populasi yang terus menyusut di Negeri Gingseng tersebut.