Leluhur mereka yang dikenal dengan nama Empo Maro, juga disebut berasal dari ranah Minang.
Keunikan Desa Wae Rebo yang menjadi pembeda dari berbagai desa lainnya adalah bentuk arsitektur rumah adatnya yang menyita perhatian wisatawan.
Masyarakatnya bertempat tinggal di Rumah adat Mbaru Niang yang berbentuk lumbung kerucut dan hanya berjumlah tujuh unit.
Baca Juga: Adu Head to Head Inter Milan vs Arsenal di Liga Champions: il Nerazzurri Lebih Unggul?
Konon, desain rumah ini terinspirasi dari rumah gadang yang dapat ditemukan di Minangkabau, Sumatra Barat.
Rumah adat Mbaru Niang juga dikenal dengan nama Rumah Bundar dengan diameter dan tinggi yang sama. Setiap rumah bisa dihuni oleh 6 hingga 8 keluarga.
Menariknya, rumah berbentuk kerucut ini memiliki lima lantai dan masing-masing memiliki fungsi berbeda.
Baca Juga: Hanif Faisol Paparkan Program Kerja 100 di Hadapan Komisi XII DPR, apa saja?
Pembagian fungsi lantai rumah adat Mbaru Niang antara lain sebagai tempat tinggal, menyimpan makanan utama, cadangan makanan, Menaruh benih, dan menyimpan piring yang digunakan dalam ritual memberi makan leluhur.
Namun, hingga saat ini pasokan listrik di Desa Wae Rebo masih terbatas. Listrik hanya tersedia pada pukul enam sore hingga sepuluh malam (Waktu Indonesia Timur/WIT).
Bagaimana, Sobat RBG apakah ingin berkunjung ke Desa Tertinggi di Indonesia? Desa Wae Rebo di Nusa Tenggara Timur ini memang sangat unik, ya!***