Namun, lanjut Kriswanto, yang perlu digaris bawahi adalah, banjir yang terjadi ini terus terjadi dari tahun ke tahun, dan untuk sekarang yang terdampak terdiri dari 22 blok, diantaranya RT5, RT6, RT7, dan RT8, dan dalam satu RT kurang lebih terdiri dari enam blok.
“Satu tahun bisa terjadi dua kali, atau satu bulan bisa dua kali. Apalagi ketika sedang musim hujan, tidak menutup kemungkinan banjir akan makin sering terjadi,” ungkapnya.
Kriswanto mengatakan, sudah beberapa kali dinas terkait melakukan pengerukan dan turap. Menurutnya, solusi untuk permasalahan ini bukanlah seperti itu, melainkan yang harus diperhatikan adalah hulu nya.
“Karena, kalau berkaitan air yang turun dari atas ke bawah, maka penanganan yang dilakukan seharusnya dari hulu hingga ke hilir. Acuannya adalah, ketika BSI banjir, pastinya air tersebut juga akan turun ke kami,” jelasnya.
Kriswanto mengatakan, ia kurang mengetahui sodetan mana yang harus diperbaiki. Tapi, kalau tidak ada tindakan tegas, niscaya banjir di Villa Pamulang ini akan terjadi terus menerus.
“Segala upaya dan usaha sebetulnya sudah kami coba Termasuk pengerukan kali angke, beberapa titik vital turapnya sudah ditinggikan, dan yang kami andalkan pun ketika banjir adalah pompa genset yang kami miliki di RT6,” kata Kriswanto.
Kriwanto melanjutkan, ketika terjadi genangan, pompa genset tersebut dinyalakan dan menyedot genangan-genangan air di jalan, yang kemudian dibuang ke kali angke. Namun, pompa genset yang ada sudah lama rusak.
“Kami sudah mengajukan ke Walikota Depok berulang kali, lewat pak sekel, pak lurah, pak camat, bahkan pak Sekda. Namun sampai sekarang belum kunjung ada tindakan, belum ada perbaikan sama sekali,” ungkapnya.