“Pelanggannya tidak berkurang. Tetapi belanjanya sedikit berkurang,” terangnya.
Penikmat mi instan, Echa menyebut, dirinya merasa kecewa dengan adanya kenaikan harga tersebut. Apalagi, mi instan menjadi salah satu makanan cepat saji dan terbilang murah untuk menggantikan makan berat.
“Yang jelas keberatan, karena saya sering konsumsi mie instan. Sekarang saja sudah keberatan apalagi kalau naik sampai tiga kali lipat,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kenaikan harga tersebut dipengaruhi perang antara Rusia dengan Ukraina.
“Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia, dimana ada 180 juta ton gandum nggak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya tiga kali lipat,” sebutnya.
Limpo menerangkan, kenaikan harga itu terjadi karena Indonesia masih mengimpor gandum, sebagai bahan baku pembuatan mi instan.
“Saya bicara ekstrem saja. Ada gandum tapi harganya mahal sekali. Sementara kita impor terus,” bebernya. (rd/ger)
Reporter: Gerard Soeharly
Editor: M. Agung
Sumber: Radar Depok
