Menurut Arifin penyebaran wabah PMK di Jabar disebabkan lalu lintas kedatangan hewan dari daerah lain. Pengecekan di titik-titik tertentu pun diperkuat.
Selain itu, ia mengatakan Pemprov Jabar akan bekerja sama dengan Persatuan Dokter Hewan Indonesia untuk menerjunkan dokter hewan membantu penanganan wabah di daerah yang masih minim dokter.
“Kemudian kita turunkan juga teman-teman dokter hewan dari provinsi kerja sama dengan Persatuan Dokter Hewan Indonesia, ada delapan komisariat di Jabar kita turunkan untuk membantu teman-teman karena dokter hewan di kota/kabupaten sedikit,” katanya.
Divisi PKP Pertanian dan Ketahanan Pangan Komite Pemulihan Ekonomi Daerah (KPED) Jawa Barat Rochadi Tawaf mengatakan meski kematian disebabkan PMK di Jabar rendah, tetapi mengancam produktivitas sapi terutama pada sapi perah hingga menjadi 25 persen.
Ia pun berharap, ada anggaran dari pemerintah untuk melakukan potong paksa hewan-hewan yang terjangkit PMK.
“Saya harap ada biaya dari pemerintah untuk tanggap darurat pengganti stepping out, apalagi jumlah sapi yang tertular masih sedikit,” ucap Rochadi.
Sementara itu, Kepala Balai Veteriner Subang Kementerian Pertanian Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Sodirun mengimbau masyarakat yang ingin berkurban agar membeli hewan ternak yang sudah memiliki sertifikat kesehatan hewan. (cr2)