Faktor pemicunya beragam, seperti kemiskinan, keterbatasan pendidikan, pengaruh tradisi sosial budaya, media sosial, hingga kehamilan di luar nikah.
“Oleh karena itu, penguatan program edukatif seperti Sekolah Pra Nikah menjadi penting untuk mempersiapkan remaja secara matang sebelum memasuki jenjang pernikahan,” jelasnya.
Dari kalangan akademisi, Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Prof. Dr. Sofyan Sjaf, menilai langkah Pemkab Bogor sebagai kebijakan yang visioner.
Menurutnya, program ini menunjukkan kesadaran pemerintah daerah dalam menyiapkan kualitas generasi masa depan dengan mencegah pernikahan di usia terlalu dini.
“Sekolah pra nikah menjadi ruang pembelajaran agar anak-anak tidak menikah terlalu cepat. Jika pernikahan terjadi terlalu dini, kualitas sumber daya manusia berpotensi menurun,” kata Prof. Sofyan.
Ia menekankan pentingnya pendampingan berkelanjutan terhadap program tersebut, seraya mengingatkan hasil kajian tentang fenomena lost generation, di mana usia produktif berpindah ke kota namun tidak terserap optimal akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Pada kesempatan yang sama, perwakilan wisudawati Sekolah Pra Nikah, Sinta Ariyani Irawan, menyampaikan bahwa program ini memberikan manfaat besar bagi peserta.
Ia menilai Sekolah Pra Nikah tidak hanya memotivasi, tetapi juga membentuk pribadi yang lebih bertanggung jawab dan matang dalam mempersiapkan masa depan.
“Melalui kegiatan ini, saya semakin memahami bahwa pernikahan bukan sekadar ikatan formal atau cinta semata, melainkan komitmen besar yang membutuhkan kesiapan mental, pendidikan, dan finansial,” ujarnya.
Wisuda Sekolah Pra Nikah 2025 dihadiri oleh jajaran perangkat daerah terkait, akademisi IPB University, Ketua Pusat Kajian Gender dan Anak IPB University, Ketua Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Bogor, tokoh agama, unsur Forkopimcam, serta para peserta wisuda yang terdiri dari pelajar, remaja, dan generasi muda.***